Keutamaan Iktikaf, Menjauhkan Diri Dari Api Neraka

Reporter

Seorang pria membaca Al-Quran saat iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadan di sebuah masjdi di Kabul, Afganistan, Rabu, 6 Juni 2018. Umat Islam berbondong melakukan iktikaf di masjid guna mendapatkan Lailatul Qadar. AP
Seorang pria membaca Al-Quran saat iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadan di sebuah masjdi di Kabul, Afganistan, Rabu, 6 Juni 2018. Umat Islam berbondong melakukan iktikaf di masjid guna mendapatkan Lailatul Qadar. AP

TEMPO.CO, Jakarta - Bulan Ramadan memang bulan penuh keberkahan, banyak amalan yang bisa dilakukan untuk menghapus doa yang diperbuat. Salah satunya yaitu iktikaf.

Iktikaf menjadi amalan yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan hari-hari akhir Ramadan, tepatnya pada 10 malam terakhir, dengan tujuan mengharap ridho Allah dan menjadi sarana mendekatkan diri menyambut lailatul qadar.

Secara Bahasa iktikaf berasal dari bahasa Arab yaitu akafa yang berarti menetap, mengurung diri atau terhalangi. Sedangkan dalam konteks ibadah, depenisi iktikaf menurut Islam adalah suatu amalan yang dikerjakan dengan berdiam diri di dalam masjid untuk mencari keridhaan Allah SWT dan bermuhasabah atau introspeksi atas perbuatan-perbuata yang telah dilakukan selama ini. Dan orang yang melaksanakan amalan tersebut dinamakan sebagai mutakif atau orang yang sedang beriktikaf.

Selajan dengan itu, jika dilihat dari berbagai macam kandungan hadis yang diriwayatkan oleh ulama hadis menyebutkan, bahwa iktikaf merupakan amalan sunnah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah semasa hidupnya dengan sungguh-sunguh mengerjakannya.

Bahkan, diakhir-akhir menjelang wafatnya, Nabi Muhammad SAW masih menyempatkan dirinya untuk beriktikaf selama 20 hari terakhir Ramadhan.
Sebagaimana yang diceritakan Aisah Radiyallahu Anha dalam sebuah hadis 
yang artinya: “Bahwasanya Rasulullah melakukan iktikaf setiap bulan Ramadan selama sepuluh hari, maka ketika di tahun menjelang wafatnya, Rasulullah beriktikaf dua puluh hari. Dan istri-istrinya beriktikaf setelah itu.”( HR. Bukhori dan Muslim).

Selain itu, Ibnu Umar juga pernah mengatakan dalam sebuah hadist yang berbunyi: “Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beriktikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).

Selain menjadi amalan yang dianjurkan untuk dilaksanakan selama Ramadan, tentunya iktikaf memiliki banyak keutamaan, sebagai berikut:

1. Dapat menjauhkan diri dari siksa neraka.
Dengan beriktikaf tentunya seseorang dapat mengintrospeksi dirinya sendiri dengan mengingat dosa yang telah diperbuat sebelumnya dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Sebagaimana diriwayatkan ibnu Abbas dalam sebuah hadis yang artinya: “Barang siapa beriktikaf satu hari karena mengharap keridhoan Allah, Allah akan menjadikan jarak antara dirinya dan api neraka sejauh tiga parit, setiap parit sejauh jarak timur dan barat” (HR. Thabrani, Baihaqi dan disahihkan oleh Imam Hakim).

2. Allah menjanjikannya surga.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:  “Barang siapa yang beriktikaf antara Maghrib dan Isya di  masjid, dengan tidak berbicara kecuali salat dan membaca Al-Quran, maka Allah berhak membangunkan untuknya istana disurga".

3. Mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT.
Saat iktikaf, seorang hamba akan lebih banyak mendekatkan dirinya dihadapan Allah SWT dengan lantunan zikir dan tasbih yang membasahi mulutnya.

SABAR ALIANSYAH PANJAITAN

Baca: Demi Iktikaf Para Pencari Malam Lailatul Qadar Masjid Berhias