Intensifkan Komunikasi Keluarga kala Ramadan, Simak Saran Pakar

Reporter

Ilustrasi keluarga berbuka puasa Ramadan bersama di dalam rumah mereka di tengah wabah Virus Corona di Jakarta. TEMPO/Subekti.
Ilustrasi keluarga berbuka puasa Ramadan bersama di dalam rumah mereka di tengah wabah Virus Corona di Jakarta. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Wisnu Widjanarko, mengatakan Ramadan merupakan momentum yang tepat untuk mengintensifkan komunikasi keluarga.

"Bulan Ramadan selain tentunya sebagai momen ibadah, sesungguhnya merupakan momentum ruang dan waktu yang tepat untuk meningkatkan kualitas komunikasi dalam keluarga," katanya.

Dosen Komunikasi Keluarga dan Psikologi Komunikasi FISIP Unsoed itu menjelaskan pada Ramadan banyak momen spesial yang bisa dijalani dan juga dinikmati bersama keluarga.

"Ada momen spesial seperti saat sahur atau berbuka puasa yang dapat dijadikan kesempatan untuk lebih intensif berinteraksi, saling berbagi cerita, dan juga mengeksplorasi komunikasi antaranggota keluarga," ujarnya.

Bagi orang tua, kesempatan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendengarkan cerita, harapan, atau keluh kesah anak-anak.

"Dengan demikian diharapkan anak akan semakin merasa lebih diperhatikan, dicintai, dan juga dihargai, sementara bagi ayah dan ibu juga dapat menjadi momen yang tepat untuk memupuk komunikasi yang akan bermuara pada upaya untuk semakin meneguhkan komitmen," kata Wisnu.

Dia juga kembali mengingatkan pentingnya komunikasi keluarga dalam membentuk karakter anak. "Komunikasi yang baik antaranggota keluarga akan menciptakan iklim rumah tangga yang positif sehingga anak merasa nyaman dan betah di rumah," tuturnya.

Dia menjelaskan komunikasi yang kurang intensif rentan menyebabkan terjadinya disfungsi komunikasi, baik antara ibu dan ayah ataupun orang tua dengan anak. "Disfungsi komunikasi menjadikan kualitas rumah tangga menjadi rentan sehingga kondisi rumah tangga menjadi kurang harmonis, iklim di rumah menjadi tidak nyaman, kebersamaan menjadi sesuatu yang sulit terjadi, dan anak bisa merasa tidak happy di rumah," katanya.

Karena itu, komunikasi keluarga menjadi penting, misalnya mau saling mendengar, memahami sudut pandang, dan menerima perbedaan. Membangun komunikasi keluarga terlihat sederhana tapi tidak semudah membalik telapak tangan, harus menjadi pendengar yang baik dan saling memahami dan mengayomi.

Baca juga: Kulit Tetap Sehat saat Puasa Ramadan dengan Kiat Berikut