Larangan Memiliki Sikap Riya Dalam Diri Seorang Muslim

Reporter

Ilustrasi pencucian uang. Shutterstock
Ilustrasi pencucian uang. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Riya merupakan sikap yang sangat buruk dan juga tercela, sehingga memiliki sikap riya sangat tidak diperbolehkan dalam Islam.

Banyak ayat ayat Alquran serta hadis Nabi Muhammad SAW yang melarang seseorang agar menjauhi yang namanya sikap Riya dalam dirinya.

Salah satunya sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 264 yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena Riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Dalam ayat tersebut Allah juga menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki sikap riya dalam hatinya maka Allah akan senantiasa menghapus pahala atas kebaikannya tersebut. Umpama sebuah batu yang diatasnya ada tanah namun akhirnya tersapu bersih oleh derasnya air hujan, yang menandakan bahwa pahala yang telah kita usahakan telah hilang tanpa bekas sedikitpun.

Dilansir dari kitab Lisan Al-Arab Juz XIV karangan Jamaluddin Muhammad bin Makram Ibn Mandzur menjelaskan secara singkat mengenai makna dari riya itu, bahwa riya adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan tujuan menunjukkan secara berlebihan demi mendapatkan kepopuleran di mata manusia.

Adapun hukum Riya menurut pandangan Islam yaitu ada dua jenis, pertama riya yang digolongkan kedalam syirik akbar dan Riya digolongkan dalam syirik asghar.
Riya yang termasuk kedalam syirik akbar yaitu, apabila seseorang melaksanakan suatu amalan namun tidak mengharap ridho Allah SWT, melainkan hanya ingin mendapat pujian atau agar dianggap hebat. Seperti sifatnya orang munafik.

Adapun Riya yang termasuk syirik asghar ialah apabila seseorang mencampur adukkan tujuan dari amal ibadah yang sedang dikerjakan. Terkadang ia berharap ridho Allah namun disertai niat untuk mendapat suatu pujian.

Dimana hukum kedua tingkatan Riya tersebut menurut pandangan Islam adalah haram sebab termasuk kedalam dosa syirik kecil kepada Allah SWT. Sebagaiman yang telah diriwayatkan oleh Mahmud bin Labid bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:“Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar atau syirik kecil, maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Maka Rasulullah SAW menjawab Ar Riya yaitu perbuatan Riya".

Mengutip salah satu jurnal yang disusun Eko Zulfikar mengenai Interpretasi Makna Riya Dalam Alquran: Studi Kritis Perilaku Riya Dalam Kehidupan
Sehari-Hari. Diungkapkan bahwa sikap riya terdapat dalam tiga tahap aktivitas manusia yakni riya pada awal aktivitas, riya saat beraktivitas dan riya setelah
beraktivitas.

Pertama, riya pada awal aktivitas dimana saat ingin melakukan suatu amalan kebaikan seringkali kita dihadapkan dengan pilihan antara mengharap ridho Allah atau mengharap pujian dan sanjungan dari manusia.

Kedua, riya saat beraktivitas dimana hal ini sering terjadi saat melakukan rutinitas ibadah yang dilakukan setiap hari, seperti salat yang dilakukan dengan tekun, namun sejatinya hanya ingin disaksikan, diperhatikan dan mengharapkan
pujian dari orang lain agar dianggap sebagai orang yang taat dan tekun beribadah khususnya pada salat berjamaah.

Ketiga, riya setelah beraktivitas, riya seperti ini kadang tidak disengaja datangnya, misalnya saat sedang melaksanakan suatu ibadah untuk berharap ridho Allah. Namum, setelah selesai, seseorang memberikan pujian terdapat amalan yang berusan saja dikerjakan. Hingga membuat kita jadi begitu gembira dan bangga diri, hal seperti ini juga harus dijauhi.

SABAR ALIANSYAH PANJAITAN

Baca: Tip Menghindari Sifat Riya Di Bulan Ramadan