Kisah Pebisnis Ngawi Ekspor Gamis ke Filipina dan Penjualan Naik 10 Kali Lipat

Calon pembeli memilih mukena untuk persiapan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran di Thamrin City, Jakarta, 1 Juni 2018. Jelang Lebaran warga berburu baju muslim seperti gamis, mukena, baju koko dan hijab. TEMPO/Fajar Januarta
Calon pembeli memilih mukena untuk persiapan Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran di Thamrin City, Jakarta, 1 Juni 2018. Jelang Lebaran warga berburu baju muslim seperti gamis, mukena, baju koko dan hijab. TEMPO/Fajar Januarta

TEMPO.CO, JakartaKekuatan teknologi dan kegigihan untuk berinovasi membantu pebisnis Servantina Bunga dari Ngawi, Jawa Timur menjangkau pasar ekspor produk fesyen muslim di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Filipina. 

"Saya enggak menyangka produk anak desa, di kampung Ngawi, sebuah kota kecil, enggak kalah saing ketika di luar negeri," kata Bunga dalam wawancara daring, Senin 26 April 2021.

Bisnis Shahia Hijab yang dimulai sejak 2018 ini berawal dari putrinya yang sulit mencari kerudung dan gamis yang cocok.

Perempuan yang sejak dulu senang melihat-lihat barang di toko kain langsung fokus memasarkan produk hasil kolaborasi dengan penjahit-penjahit lewat e-commerce yang menyediakan layanan program ekspor. Produknya tak cuma bisa dibeli konsumen dalam negeri, tapi juga konsumen di Malaysia, Singapura dan Filipina.

Setelah sekitar setahun mengikuti program ekspor, dia membaca selera pasar yang khas dari setiap negara.

Konsumen Filipina menyukai setelan gamis, sementara konsumen di Malaysia menyukai baju kurung sehingga produk setelan dengan bawahan berupa rok jadi primadona, sementara konsumen di Singapura rata-rata menyukai setiap koleksi terbaru yang disebut sesuai dengan selera mereka.