Menguap dan Mengantuk Akibat Kekenyangan, Bagaimana Islam Menyikapinya?

Reporter

Sejumlah pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengantuk saat mengikuti Upacara Sumpah Pemuda ke 84 yang dipimpin oleh Gubernur Joko Widodo di Lapangan Ex IRTI, Monas, Jakarta, (29-10). TEMPO/Subekti.
Sejumlah pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengantuk saat mengikuti Upacara Sumpah Pemuda ke 84 yang dipimpin oleh Gubernur Joko Widodo di Lapangan Ex IRTI, Monas, Jakarta, (29-10). TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Menguap  karena mengantuk merupakan aktivitas alami yang terjadi pada tubuh. Bukan hanya itu saja,  terdapat riset menyebutkan bahwa menguap bertujuan untuk meningkatkan jumlah oksigen, sebagai sistem thermoregulasi otak, juga sinyal tubuh lelah dan rasa bosan.

Sering ditemukan, seseorang menguap berkali-kali ketika melaksanakan aktivitas salat, misalkan saat salat  tarawih di malam Ramadan. Bagaimana pandangan Islam melihat hal tersebut?

Hal ini pernah disampaikan Nabi Muhammad SAW dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud, yang berbunyi “Apabila kalian menguap hendaknya menutup mulutnya dengan kedua tangannya, karena jika tidak, maka setan akan masuk ke dalam mulutnya”.

Pada hadis lain, Rasulullah Saw juga bersabda menguap itu datangnya dari setan, karena itu, jika kalian menguap hendaknya dia tahan semampunya. Jika sampai mengeluarkan suara “huaa” maka setan itu akan menertawakannya. Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Maka dari yang disampaikan Rasulullah SAW, ada beberapa hal yang mesti dilakukan ketika saat salat kemudian menguap, yakni menahan sesuai kemampuannya, kalau tida tertahankan ada baiknya mulut mulut dengan menggunakan tangan kiri.

Walaupun hadis Rasul berbunyi demikian, tidak bisa diartikan secara kata. Mengutip dari laman islam.nu.or.id, Imam an-Nawawi, mengartikan makna  menguap dari setan sebagai  sebuah majaz, yaitu peringatan Rasul bagi pengikutnya   enjauhi hal-hal yang menyebabkan kita menguap, seperti makan terlalu banyak.

Hampir seluruh umat  muslim pernah mendengar hadis yang berbunyi “Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang,” hadis yang disandarkan atas Rasul tersebut hukumnya dhaif atau lemah, sebab ada kecacatan pada sanadnya. Walaupun demikian, maknanya benar.

Dikuatkan pada hadis Rasul yang lain, yang berbunyi “Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas”.

Persoalan menguap dan mengantuk ini, Imam Asy-Syafi’i menjelaskan bahwa kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah.

TIKA AYU

Baca: Menguap Bukan Cuma Berarti Ngantuk, Cek Fakta Lainnya