Kolom Ramadan: Buat Apa Berlapar-lapar Puasa?

Ilustrasi berbuka puasa di masjid. NOAH SEELAM/AFP/Getty Images
Ilustrasi berbuka puasa di masjid. NOAH SEELAM/AFP/Getty Images

TEMPO.CO, JakartaRamadan bukanlah tujuan, apalagi akhir perjalanan, tetapi justru menjadi proses yang terus berjalan. Dari Ramadan ke Ramadan kita selalu dituntut menggali hikmah dan menemukan makna didalamnya.

Bimbo, pelantun religi yang legendaris itu, menggambarkan sangat menarik tentang makna dibalik puasa Ramadhan. Dijelaskan, ada anak bertanya pada bapaknya, buat apa berlapar-lapar puasa? Katanya, lapar mengajarimu rendah hati selalu.

Pertanyaan itu memang sangat sederhana, bahkan dinilai terlalu kekanakkan. Namun, demikianlah kenyataanya, puasa memang lapar. Kita yang berada di Indonesia menahan lapar itu rata-rata selama 13 jam, sebenarnya juga belum seberapa dibanding mereka yang berpuasa di Eropa misalnya, dengan durasi antara 17 hingga 19 jam. Bahkan ada yang 22 jam.

Hikmah Lapar

Tapi, di situlah indahnya bulan Ramadhan yang secara khusus dirayakan dengan berpuasa. Dengan menahan rasa lapar justru ibadah ini menemukan makna tersendiri. Ada hikmah yang besar dibalik rasa lapar.

Tentang rasa lapar, atau kelaparan, Al-Quran menyebutkannya dengan jelas. Hal itu dapat kita baca dalam dua ayat berikut:

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sebagian ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS.2:155).

Selain sebagai ujian, kelaparan pada sisi yang lain juga ditimpakan karena kekufuran. Yaitu, kepada penduduk Mekah yang dijamin aman sentosa tapi pada saat itu mereka mengingkari nikmat Allah SWT.

"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan, sebuah negeri yang dulu aman dan tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat. Tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, lantaran itu Allah menimpakan kepada mereka 'pakaian' kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat." (QS.16:112).