Napak Tilas dan Peziarah Makam Mbah Priok Jakarta Utara

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Suasana pintu masuk Makam Habib Hasan bin Muhammad Al Hadad atau Mbah Priok di kawasan Makam Mbah Priok, Jalan Maqam Kramat Mbah Priok Nomor 1, Koja, Jakarta Utara, pada Selasa, 3 Juli 2018. Tempo/Adam Prireza
Suasana pintu masuk Makam Habib Hasan bin Muhammad Al Hadad atau Mbah Priok di kawasan Makam Mbah Priok, Jalan Maqam Kramat Mbah Priok Nomor 1, Koja, Jakarta Utara, pada Selasa, 3 Juli 2018. Tempo/Adam Prireza

TEMPO.CO, Jakarta - Makam Habib Hasan Al Hadad atau dikenal makam Mbah Priok menjadi salah satu objek wisata religi yang cukup banyak diziarahi warga menjelang Ramadan.

Peziarah yang datang tidak hanya dari kalangan umat Islam saja, tapi juga dari non-Islam juga ada.

Menurut Ketua Bidang Keagamaan Yayasan Maqom Keramat Syech Sayyid Mbah Priok Mustafa Kamal peziarah yang berbeda keyakinan dilihat dari presentasenya bisa mencapai hampir separuh dari peziarah yang beragama Islam.

"Persentase yang berziarah kira-kira bisa 60 (muslim) berbanding 40 (non-muslim). Saya sendiri pernah menjamu tamu seorang biarawati," ujar Mustafa saat ditemui ANTARA di Jakarta Utara, Selasa, 20 April 2021.

Mustafa mengatakan perbedaan keyakinan akan dikesampingkan ketika menyambut peziarah. Sebab yang berbeda agama pun tentu memiliki tujuan yang sama dalam hidup, yaitu mendapatkan rida dari Allah SWT.

"Untuk mendapat rida Allah kan ada wasilah (sarana), misalnya, datang ke sini berziarah ada yang memakai motor, ada yang jalan kaki," katanya.

Tapi tujuannya sama, yaitu berziarah. "Begitu juga kalau dia itu non-muslim atau muslim, ada cara berdoa masing-masing. Walau caranya berbeda-beda, tapi tujuannya sama," kata Mustafa.

Cara ibadah tidak menjadi penghalang untuk berziarah atau bermunajat di Makam Mbah Priok. Memang pernah ada yang bertanya, bolehkah berdoa dengan tata cara agama lain di dalam makam Mbah Priok itu.

"Saya bilang, boleh, kan bermunajat kepada Tuhan-nya. Kalau begitu kan soal keyakinan, soal persepsi masing-masing. Maka semua yang bermunajat tujuannya sama, kita beragama tujuannya satu, yakni menggapai ridha Allah," kata Mustafa.

Mustafa hanya memberi satu persyaratan yang harus dipenuhi pengunjung di dalam makam, yaitu berpakaian harus menutup aurat.

"Syaratnya kalau mau berziarah kemari cuma satu, pakaian yang sopan dan menutup aurat. Yang perempuan juga," kata Mustafa.

Dibatasi
Pengurus Makam Mbah Priok memberlakukan pembatasan kegiatan selama bulan Ramadan untuk mencegah berkumpulnya banyak orang di dalam makam.

Menurut Ketua Bidang Hubungan Masyarakat Yayasan Maqom Keramat Syech Sayyid Mbah Priok, Nanang Nurwahyudi, pembatasan kegiatan yang dilakukan antara lain dengan mengurangi acara yang berpotensi menimbulkan kerumunan, seperti kegiatan tabligh akbar atau sekedar ceramah dari tokoh agama juga sementara ditiadakan untuk mengurangi risiko penyebaran virus corona (COVID-19).