Anak Belajar Puasa Ramadan, Jaga Daya Tahan Tubuhnya

Reporter

Ilustrasi anak-anak menunggu berbuka puasa di Jakarta, Selasa 14 April 2020. TEMPO/Subekti.
Ilustrasi anak-anak menunggu berbuka puasa di Jakarta, Selasa 14 April 2020. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Di masa pandemi COVID-19, jangan khawatir beribadah puasa Ramadan seraya memperkenalkannya kepada anak agar bisa belajar berpuasa sejak kecil. Orang tua tidak perlu khawatir daya tahan tubuh anak menurun selama berpuasa sehingga tidak mampu melawan kuman dan virus penyakit.

Dr. Muliaman Mansyur, kepala bagian medis KALBE Nutritionals, menjelaskan selama anak dipastikan mendapatkan asupan nutrisi yang memadai saat sahur dan berbuka puasa, daya tahan tubuhnya tak akan menurun.

“Kunci utama menjaga anak tetap bugar dan daya tahan tubuh tetap kuat adalah mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Saat puasa di tengah pandemi COVID-19, orang tua bisa menerapkan pola makan dengan gizi seimbang dan cukup cairan saat sahur dan berbuka puasa,” jelas Muliaman.

Terkait daya tahan tubuh anak, riset menunjukkan orang tua saat ini memang sudah semakin menyadari efek positif nutrisi pada kesehatan dan daya tahan tubuh anak, termasuk kesadaran pentingnya asupan nutrisi yang sehat.

Survei pada akhir Februari 2021 menunjukkan hampir 85 persen ibu di Indonesia menjadikan asupan nutrisi menjadi prioritas selama pandemi COVID-19 dan bahkan lebih dari 86 persen mengaku sangat ketat memastikan asupan makanan bergizi seimbang untuk anak setiap hari.

“Pada saat berpuasa atau belajar puasa, anak tetap membutuhkan nutrisi harian yang terdiri dari nutrisi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan nutrisi mikro (vitamin dan mineral) agar setiap proses biologis yang terjadi dalam tubuhnya dapat berjalan dengan optimal," katanya.

Oleh karena itu, anak juga harus mendapatkan nutrisi lain yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh. Salah satunya adalah asupan probiotik dan prebiotik.

"Penting bagi orang tua memastikan anak mendapatkan semua zat gizi yang dibutuhkan pada saat sahur dan berbuka puasa,” lanjut Muliaman.

Probiotik adalah bakteri baik yang hidup di saluran pencernaan, sedangkan prebiotik adalah sejenis serat yang menjadi sumber makanan bakteri baik, termasuk probiotik agar bisa tumbuh, berkembang, dan bekerja dengan efisien. Saat pemberian prebiotik, kadar bakteri dalam saluran pencernaan menjadi seimbang sehingga nutrisi yang diperoleh tubuh dapat diserap dengan baik dan juga bisa merangsang sistem kekebalan tubuh.

Penyerapan nutrisi yang baik kemudian bisa membuat sistem kekebalan tubuh anak bekerja dengan optimal meskipun anak sedang belajar berpuasa, baik setengah hari, maupun sehari penuh bagi yang sudah lebih besar. Salah satu jenis prebiotik yang diakui secara ilmiah adalah serat pangan inulin. Secara alami, serat pangan inulin dapat ditemukan pada berbagai buah-buahan, sayuran, umbi-umbian seperti Chicory Root.

“Efek menguntungkan serat pangan inulin terutama berperan di usus besar. Usus adalah organ terbesar untuk membantu sistem pertahanan tubuh. Manfaat inulin sebagai nutrisi yang esensial selain untuk kesehatan saluran cerna dan imunitas tubuh juga dapat berdampak positif pada kesehatan di kemudian hari, yaitu mengurangi risiko obesitas, penyakit radang usus, dan alergi,” papar Muliaman.

Prebiotik di dalam serat pangan inulin juga membantu penyerapan kalsium dan mendorong kepadatan tulang serta mengatur rasa kenyang. Nutrisi inilah yang perlu ada dalam menu makanan anak sehari-hari, terutama saat anak belajar berpuasa atau sedang puasa Ramadan.

Baca juga: Puasa Ramadan Sehat dengan Kiat Berikut