Ramadan 2021: Pesantren Qomaruddin Gresik Miliki Beragam Naskah Tua Keislaman

Koleksi manuskrip atau naskah tua keislaman milik Pesantren Qomaruddin Gresik yang sedang diubah ke format digital. Foto: TEMPO | ABDI PURMONO
Koleksi manuskrip atau naskah tua keislaman milik Pesantren Qomaruddin Gresik yang sedang diubah ke format digital. Foto: TEMPO | ABDI PURMONO

Hal menarik lain adalah adalah polemik keagamaan yang sudah muncul di awal Abad XX. Ada sebuah naskah yang ditulis Kiai Qomaruddin yang isinya berupa sanggahan terhadap kaum Wahabi yang mengkritik amalan-amalan kaum ahlussunnah wa al-jama’ah (Aswaja), seperti penghormatan terhadap sembilan wali atau Wali Songo dan ulama, pelaksanaan kenduri dan tahlilan.

Naskah-naskah lain menggambarkan tentang keterbukaan alam pemikiran kiai-kiai di Pondok Pesantren Qomaruddin. Sebagian kiai belajar sejarah pemikiran Islam yang tumbuh dan berkembang dengan berbagai mazhab atau aliran keagamaan, baik di bidang politik, hukum, maupun akidah/kalam. Di bidang akidah, misalnya, muncul beragam aliran seperti Mu’tazillah, Asy’ariyah, Maturidiyah Salafiyah, dan Wahabiyah.

Temuan itu sangat menarik dan relevan dengan kondisi kekinian Indonesia. Ulama-ulama Nusantara di masa lalu ternyata mampu bersikap asertif, berpikiran terbuka dan moderat, mempunyai wawasan dan pengetahuan luas. Mereka kosmopolitan.

“Polemik maupun perdebatan di masa itu mereka tulis sebagai naskah yang menyerupai buku; tidak cuma jadi polemik berlisan-lisan saja. Ini menggambarkan betapa kegiatan literasi di masa itu sudah berjalan dan berkembang cukup maju,” kata Agus.

Selain kosmopolitan, Kiai Qomaruddin ternyata membangun jaringan pertemanan dan intelektual dengan tokoh-tokoh agama lain di Nusantara. Hal ini tergambar dari beberapa naskah yang menujukan jaringan pertemanan Kiai Qomaruddin dengan ulama besar di Ponorogo, Jawa Timur; Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat, dan beberapa ulama Aceh.

Menurut Agus, seluruh hasil digitalisasi manuskrip Pondok Pesantren Qomaruddin nanti tersedia dalam basis data manuskrip Asia Tenggara yang dikelola oleh DREAMSEA. Untuk menghindari penyalahgunaan data, seluruh manuskrip digital hanya bisa dibaca secara online tanpa harus mengunduh data manuskripnya.

Pihak pesantren sebagai pemilik manuskrip diberi salinan data manuskrip digitalnya sehingga sangat membantu pihak pesantren jika ingin mengembangkan perpustakaan digital manuskrip secara mandiri. Ada sekitar 100 manuskrip yang rencananya akan digitalisasi selama Ramadan ini. Semua manuskrip merupakan karya para ulama di Gresik sejak tahun 1740.

Ketua Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin Muhammad Nawawi menyambut baik inisiatif pelestarian karya ulama di lingkungannya selama Ramadan ini. Digitalisasi akan membuat karya-karya ulama pesantren menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat umum tanpa harus merusak fisik manuskripnya. Sehingga, pihaknya berharap, melalui program ini akan menambah semarak kajian keislaman yang menjadi ciri khas pesantren.

Baca juga: Ramadan, Pesantren Qomaruddin Gresik Digitalisasi Naskah Tua Keislaman

ABDI PURMONO