TEMPO.CO, Malang - Pusat Studi Pesantren (PSP) Institut Agama Islam Qomaruddin melakukan digitalisasi manuskrip atau naskah tua keislaman. Selain untuk mengisi Ramadan, digitalisasi tersebut ditujukan untuk melestarikan manuskrip tua keislaman kepunyaan pondok pesantren yang berlokasi di Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu.
Menurut Ketua PSP Mohamad Anas, kegiatan digitalisasi terselenggara melalui program Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA) yang dijalankan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di Jakarta bekerja sama dengan Pusat Kajian Budaya Naskah (Centre for the Study of Manuscript Culture/CSMC) Universitas Hamburg di Jerman. Kegiatan ini sepenuhnya didanai oleh Arcadia Foundation di Inggris.
“Ada sekitar 100 manuskrip yang akan digitalisasi di sini. Semua manuskrip merupakan karya para ulama di Gresik sejak tahun 1740,” kata Anas, Sabtu, 17 April 2021.
Kata Anas, manuskrip-manuskrip tersebut selama ini disimpan oleh sejumlah keturunan pendiri Pondok Pesantren Qomaruddin. Nantinya, setelah digitalisasi, seluruh manuskrip dikumpulkan jadi satu koleksi utama di lingkungan pesantren yang berdiri pada 1775 alias 268 tahun silam itu.
Anggota tim ahli DREAMSEA, Agus Iswanto, mengatakan kegiatan digitalisasi oleh DREAMSEA bertujuan melestarikan manuskrip di kawasan Asia Tenggara. Selain itu menawarkan akses terbuka ke gambar digital, serta menawarkan informasi sebanyak mungkin tentang manuskrip yang diperoleh sehingga dapat diakses oleh siapa saja demi kemajuan ilmiah.
Program digitalisasi manuskrip sudah berlangsung sejak 2017 di banyak daerah di Indonesia, juga negara lain di kawasan Asia Tenggara. Lokasinya pun berpindah-pindah.
Misalnya, untuk April ini tim DREAMSEA mendigitalkan naskah-naskah milik masyarakat Desa Cikedung Lor, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Sebagian naskah berasal dari pemain wayang kulit dan teater wayang batang kayu atau wayang cepak, yang terancam punah karena tidak lagi diurus dan semakin rusak. Manuskrip-manuskripnya terancam punah seturut dengan menurunnya minat masyarakat terhadap bentuk-bentuk kesenian wayang.
Menurut Agus, penentuan lokasi pelestarian manuskrip secara digital oleh DREAMSEA didasari oleh laporan masyarakat, dengan prinsip dasar manuskrip yang hendak dilestarikan secara digital harus yang terancam rusak atau hilang/punah.
Begitu pula dengan laporan masyarakat tentang keberadaan naskah-naskah tua di Pondok Pesantren Qomaruddin. Agus dan kawan-kawan sudah bekerja sejak 9 April dan berakhir pada 17 April 2021. Riset dan digitalisasinya dipusatkan di Gedung Pondok Pesantren Qomaruddin, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Hingga kini tim DREAMSEA berhasil mendigitalkan 5.600 gambar atau halaman dari 79 bundel naskah. Tim bekerja sesuai kemampuan dan kondisi di lokasi sehingga tidak semua naskah (sekitar 100 naskah) bisa digitalkan dalam sembilan hari.
“Belum semua digitalisasi karena naskahnya sangat banyak. Yang sudah digitalisasi adalah naskah-naskah yang sudah diidentifikasi dan dianggap layak. Kami tidak hanya melakukan digitalisasi, tapi kami juga mendampingi pihak pesantren untuk mengungkap isi manuskrip-manuskrip keislaman yang mereka miliki,” kata Agus kepada Tempo.
Ketua Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin Muhammad Nawawi menyambut baik inisiatif pelestarian karya ulama di lingkungannya. Digitalisasi akan membuat karya-karya ulama pesantren menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat umum tanpa harus merusak fisik manuskripnya. Sehingga, pihaknya berharap, melalui program ini akan menambah semarak kajian keislaman yang menjadi ciri khas pesantren.
Baca juga: Jadwal 6 Ngaji Kitab Online Kyai NU Selama Ramadan, dari Said Aqil Hingga Ulil
ABDI PURMONO