Mengkhawatirkan, RMI PBNU Sebut 480 Pengasuh Pesantren Wafat Setahun Terakhir

Reporter

Petugas membantu pengisian formulir sebelum menyuntikkan vaksin COVID-19 AstraZeneca kepada santri Pondok Pesantren Lirboyo di Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa 23 Maret 2021. Seluruh santri Pondok Pesantren Lirboyo ditargetkan mendapatkan suntikan vaksin Astrazeneca sebelum bulan ramadan sebagai upaya menanggulangi penyebaran COVID-19 di lingkungan pesantren. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Petugas membantu pengisian formulir sebelum menyuntikkan vaksin COVID-19 AstraZeneca kepada santri Pondok Pesantren Lirboyo di Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa 23 Maret 2021. Seluruh santri Pondok Pesantren Lirboyo ditargetkan mendapatkan suntikan vaksin Astrazeneca sebelum bulan ramadan sebagai upaya menanggulangi penyebaran COVID-19 di lingkungan pesantren. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Ghaffar Rozin mengungkap fakta yang cukup mengejutkan bahwa sebanyak 480 pengasuh pesantren wafat selama setahun terakhir.

Angka 480 tersebut, menurut Abdul Ghaffar merupakan update per pekan pertama April 2021 lalu. Kasus kematian di kalangan pengasuh pesantren ini, kata dia, belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.

“Kami mempunyai keyakinan, berdasarkan data dan informasi bahwa sebagian besar dari 480 pengasuh pesantren itu wafat karena Covid-19," katanya dalam acara peluncuran Program Ramadhan 1442 H Bangkit Bersama NU Care-LAZISNU seperti dikutip Tempo dari laman NU, Minggu 18 April 2021.

Abdul Ghaffar menjelaskan meski proses vaksinasi sudah mulai berjalan di lingkungan pesantren dan kiai, namun kondisi ini masih jauh dari kebutuhan yang sebenarnya di lapangan.

Padahal di saat yang sama, perilaku para santri dan masyarakat pada umumnya seolah-olah Covid-19 sudah selesai. Karena itu ia mengkhawatirkan kondisi yang lebih buruk bisa terjadi pada bulan Ramadan dan Idul Fitri mendatang. "Kami amat mengkhawatirkan pada bulan Ramadhan dan lebaran nanti,”ucapnya.

Yang ia khawatirkan adalah para kiai dan para pengasuh pesantren belum disuntik vaksin Covid-19 pada Ramadan kali ini tetapi membuka pintu silaturahmi untuk masyarakat pada Hari Raya Idul Fitri nanti.

“Kita melihat sendiri para kiai saat ini sudah cukup longgar, dan apalagi nanti kalau lebaran. Saya kira angka ini bisa berpotensi meningkat lebih besar lagi. Saya menyampaikan ini, supaya menjadi perhatian bersama, tidak hanya RMI, tetapi juga LAZISNU dan PBNU,” tutur pria yang akrab disapa Gus Rozin itu.

Pada Ramadan dan Lebaran tahun 2020 lalu, kata dia, Covid-19 belum sampai di pesantren-pesantren dan masih berada di perkotaan. Namun saat ini, virus tidak saja mampir tapi banyak merebak di lingkungan pesantren. Dan disaat yang sama vaksinasi masih jauh dan belum menyentuh banyak pesantren.

Karena itu, salah satu ikhtiar yang dilakukan RMI adalah mengusahakan GeNose. Sebanyak 55 pesantren di seluruh Indonesia akan mendapat prioritas untuk pembelian GeNose. Mulanya mereka mendapat antrean ke-8000 tetapi bisa maju mendapatkan GeNose pada produksi batch pertama

"Ini upaya bersama-sama antara RMI PBNU dan LAZISNU agar pencegahan Covid-19 di pesantren bisa maksimal lagi,” imbuhnya. GeNose, kata dia, merupakan alat pendeteksi yang sangat tepat untuk dipergunakan di pesantren.

LUAILIYATUL MAHMUDAH

Baca juga: