TEMPO.CO, Bogor – Masjid Al-Mustofa di Ciremaiujung, Bantarjati, Kota Bogor, merupakan masjid tertua di kota hujan itu. Masjid yang memiliki panjang 35 meter, lebar 15 meter dan tinggi dinding 5 meter itu adalah masjid pertama yang dibangun di Bogor.
Ketua DKM Al-Mustofa Ahmad Kusnadi mengatakan jika melihat plang pada papan Dinas Budaya Kota Bogor, masjid itu dibangun pada abad ke-18, yakni pada tahun 1728 Masehi. “Tapi catatan yang ada di kami sejak turun temurun, masjid ini dibangun pada 2 Ramadan 703 Hijiriah bertepatan 8 Februari 1307 Masehi,” kata Kusnadi kepada Tempo, Sabtu 17 April 2021.
Kusnadi mengatakan masjid yang memiliki ciri atau berornamen Banten dan Cirebon itu diberi nama sesuai nama pendirinya, yakni Tubagus Mustofa Bakri, ulama dan pangeran dari kesultanan Banten yang hijrah ke Bogor untuk menyebarkan agama islam.
Dalam pendirian masjid, Mustofa Bakri dibantu oleh kerabatnya, Pangeran Dita Manggala dari Kesultanan Cirebon. Sehingga kolaborasi dua pangeran kesultanan Islam itu dapat terlihat dari gaya arsitektur masjid yang sudah mengalami 4 kali perbaikan ini.
“Bangunan dan tiangnya mirip Banten, pengimamannya mirip Cirebon,” ucap Kusnadi.
Sumber air yang terus mengalir di dekat pintu masuk Masjid Al-Mustofa yang usianya sudah berabad-abad di Bantarjati, Kota Bogor. Sabtu, 17 April 2021. TEMPO/M.A MURTADHO
Masjid itu diketahui memiliki sumber mata air yang tak pernah kering selama ratusan tahun.
Menurut riwayat masjid, bulan Ramadan dipilih sebagai bulan pendirian masjid sebagai simbol bahwa pada bulan suci itu adalah bulan yang sangat tepat untuk menyebarkan ajaran islam. Sebab, kala itu penduduk Bogor mayoritas beragama Hindu.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, DKM Al-Mustofa aktif mengedukasi warga sekitar tentang penyakit tersebut. “Menjelang dan saat puasa kami optimalkan peran masjid. Termasuk saat ini, kami optimalkan juga untuk mengedukasi warga tentang Covid dari masjid ini,” kata Kusnadi.
Kusnadi menceritakan saat awal wabah Covid-19, pada April tahun 2020, suasana di masjid Al-Mustofa sangat berbeda. Warga sekitar ketakutan dan panik sehingga kegiatan ibadah salat terganggu, bahkan salat jumat sempat ditiadakan.
Ketua DKM Al-Mustofa itu mengatakan ibadah di masjid pada masa pandemi ini seakan sedang berada di masa penjajahan atau perang dahulu. “Cuma saat ini musuhnya gak terlihat, ibadah kita saat ini kayak lagi perang zaman dulu. Tapi, warga sih alhamdulillah mengikuti aturan dan anjuran pemerintah menjaga protokol kesehatan selama ibadah di masjid,” kata Kusnadi.
M.A MURTADHO
Baca juga: DMI Jakarta Minta Masjid di Zona Merah Tak Gelar Salat Tarawih