Virus Corona, Aktivitas Ramadan Warga Mesir Masih Dibatasi

Umat muslim yang mengenakan masker mengikuti salat malam Lailatul Qadar di Masjid Al-Azhar saat bulan Ramadan di Kairo, Mesir, Selasa malam, 19 Mei 2020. Salat berjemaah ini digelar dengan menerapkan sejumlah protokol pencegahan penularan virus penyakit. (Xinhua/Ahmed Gomaa)
Umat muslim yang mengenakan masker mengikuti salat malam Lailatul Qadar di Masjid Al-Azhar saat bulan Ramadan di Kairo, Mesir, Selasa malam, 19 Mei 2020. Salat berjemaah ini digelar dengan menerapkan sejumlah protokol pencegahan penularan virus penyakit. (Xinhua/Ahmed Gomaa)

TEMPO.CO, Jakarta - Magdy Hafez, 68 tahun, warga Mesir, menahan rindu bisa pergi ke masjid pada Ramadan tahun ini. Dia sangat ingin bisa berjamaah melaksanakan salat di masjid.

Pada tahun lalu, wabah virus corona telah mengubah kebiasaan masyarakat Mesir, yang biasa ke masjid untuk solat berjamaah selama bulan puasa. Bukan hanya di Mesir, pandemi Covid-19 telah mengubah rutinitas beribadah umat Muslim di seluruh dunia karena masjid di tutup, termasuk saat Ramadan.

“Saya rutin ke masjid selama 40 tahun. Jadi, ini hal yang sangat sulit. Namun dalam agama, kami pun diperintahkan untuk saling melindungi,” kata Hafez.

Umat muslim yang mengenakan masker mengikuti salat malam Lailatul Qadar di Masjid Al-Azhar saat bulan Ramadan di Kairo, Mesir, Selasa malam, 19 Mei 2020. Salat sunah ini merupakan salah satu amalan yang dikerjakan umat muslim untuk mendapatkan Lailatul Qadar, atau malam seribu bulan. (Xinhua/Ahmed Gomaa)

Di Mesir, selama ini masjid hanya buka untuk menggelar salat Jumat berjamaah. Untungnya pada Ramadan tahun ini, masjid boleh buka untuk menggelar salat tarawih berjamaah. Hanya saja jumlah rakaat salat tarawih di perpendek.

Ramadan 2021 di mulai pada awal pekan ini atau saat masih banyak wilayah di dunia berjuang melawan wabah virus corona. Banyak Muslim masih menghadapi sejumlah larangan sehingga harapan agar Ramadan tahun ini lebih baik dari bulan puasa tahun lalu, pupus.

Angka rata-rata infeksi virus corona yang masih tinggi, telah membuat beberapa negara memberlakukan aturan yang berbeda. Ramadan adalah momen, di mana masyarakat berkumpul untuk solat berjamaah, berbuka puasa bersama setelah menahan lapar dan haus seharian. Tempat-tempat makan juga penuh orang yang hendak berbuka.   

Akan tetapi, sama seperti tahun sebelumnya ada beberapa negara yang masih memberlakukan larangan. Mereka waswas kegiatan keagamaan bisa mendorong naiknya angka infeksi virus corona.

“Kurangnya kepatuhan pada Ramadan tahun lalu, pencabutan jam malam yang tergesa-gesa dan pembukaan kembali tempat-tempat perkumpulan telah menimbulkan sejumlah konsekuensi yang bisa terlihat pada beberapa bulan terakhir,” kata Ahmed Al-Mandhari Direktur WHO untuk wilayah Mediterania timur.         

Menurut Al-Mandhari, pihaknya menyimpan banyak kekhawatiran apa yang terjadi pada Ramadan pada tahun lalu akan terulang lagi, khususnya Ramadan tahun ini berbarengan dengan libur nasional lainnya yakni paskah. Libur Paskah akan jatuh pada 2 Mei 2021, yang diperingati oleh umat Kristen Ortodhox.  

Baca juga: Presiden Turki Erdogan Lakukan Lockdown Parsial di Dua Pekan Pertama Ramadan

 
sumber: voanews.com