Pesan Puasa Kyai Said: Dari Shiyam ke Shaum

Reporter

Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan dan juga Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj memberikan sambutan pada acara pengukuhan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan di Gedung GBI Salemba, Jakarta, Sabtu, 11 Januari 2020. Acara yang beragendakan pengukuhan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan tersebut diikut oleh 14 ormas Islam, Gereja Bethel Indonesia (GBI), Majelis Tinggi Konghucu Indonesia (Matakin), Pengurus Persatuan Umat Budha Indonesia (Permabudhi), dan Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi). TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan dan juga Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj memberikan sambutan pada acara pengukuhan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan di Gedung GBI Salemba, Jakarta, Sabtu, 11 Januari 2020. Acara yang beragendakan pengukuhan Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan tersebut diikut oleh 14 ormas Islam, Gereja Bethel Indonesia (GBI), Majelis Tinggi Konghucu Indonesia (Matakin), Pengurus Persatuan Umat Budha Indonesia (Permabudhi), dan Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi). TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama resmi mengumumkan Selasa, 13 April 2021 sebagai 1 Ramadan 1442 Hijriah. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyampaikan pesan-pesan ramadan kepada seluruh umat Islam.

Menurutnya, ramadan harus dijadikan sebagai momentum kerohanian untuk menyucikan diri dengan meningkatkan ketakwaan. Hal ini bisa dilakukan dengan memperbanyak membaca Al-Qur'an, berzikir, dan beribadah dengan penuh khusyuk dan berbagai aktivitas sosial yang bermanfaat.

"Selama pandemi Covid-19 ini agar mematuhi instruksi imbauan PBNU dan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah masing-masing. Semoga ibadah puasa kita diterima oleh Allah," ungkap Kiai Said usai mengikhbarkan awal Ramadan di Gedung PBNU seperti dikutip Tempo dari laman resmi NU Rabu 14 April 2021.

Kiai Said juga mengajak umat islam dan warga NU untuk meningkatkan kualitas puasa, dari shiyam menjadi shaum. Dijelaskan, shiyam adalah terminologi syariah yang bermakna meninggalkan makan, minum, dan berbagai hal yang dapat membatalkan puasa melalui lubang yang ada di tubuh sejak imsak hingga matahari terbenam.

"Itu namanya shiyam, itu wajib, salah satu rukun Islam. Oleh karena itu mari kita sebagai umat Islam harus menjalankan shiyam di bulan Ramadhan ini," tutur Pengasuh Pesantren Luhur Al Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini.

"Akan tetapi, saya ajak mari kita tingkatkan shiyam bukan sekadar meninggalkan makan-minum, menjadi shaum yakni imsakil hawainnafs (mencegah ajakan hawa nafsu) dari imsak sampai ghurubus-syams dengan masuknya sesuatu ke dalam tubuh, tetapi mencegah lisan dan mulut dari hal-hal yang tidak benar, hoaks, menyebar fitnah, caci-maki, adu domba, harus kita cegah mulut kita dari itu semua," jelas Kiai Said.

Hati dan jiwa yang bersih serta pemikiran yang jernih, menurut Kiai Said, dapat menjauhkan diri dari ajakan hawa nafsu yang selalu menggoda dan membisiki selama menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.

"Itu namanya shiyam, itu wajib, salah satu rukun Islam. Oleh karena itu mari kita sebagai umat Islam harus menjalankan shiyam di bulan Ramadhan ini," tutur Pengasuh Pesantren Luhur Al Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini. "Akan tetapi, saya ajak mari kita tingkatkan shiyam bukan sekadar meninggalkan makan-minum, menjadi shaum yakni imsakil hawainnafs (mencegah ajakan hawa nafsu) dari imsak sampai ghurubus-syams dengan masuknya sesuatu ke dalam tubuh, tetapi mencegah lisan dan mulut dari hal-hal yang tidak benar, hoaks, menyebar fitnah, caci-maki, adu domba, harus kita cegah mulut kita dari itu semua," jelas Kiai Said. Hati dan jiwa yang bersih serta pemikiran yang jernih, menurut Kiai Said, dapat menjauhkan diri dari ajakan hawa nafsu yang selalu menggoda dan membisiki selama menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/128009/pesan-ramadhan-pbnu--dari-shiyam-ke-shaum

"Itu namanya shiyam, itu wajib, salah satu rukun Islam. Oleh karena itu mari kita sebagai umat Islam harus menjalankan shiyam di bulan Ramadhan ini," tutur Pengasuh Pesantren Luhur Al Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan ini. "Akan tetapi, saya ajak mari kita tingkatkan shiyam bukan sekadar meninggalkan makan-minum, menjadi shaum yakni imsakil hawainnafs (mencegah ajakan hawa nafsu) dari imsak sampai ghurubus-syams dengan masuknya sesuatu ke dalam tubuh, tetapi mencegah lisan dan mulut dari hal-hal yang tidak benar, hoaks, menyebar fitnah, caci-maki, adu domba, harus kita cegah mulut kita dari itu semua," jelas Kiai Said. Hati dan jiwa yang bersih serta pemikiran yang jernih, menurut Kiai Said, dapat menjauhkan diri dari ajakan hawa nafsu yang selalu menggoda dan membisiki selama menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.

Sumber: https://www.nu.or.id/post/read/128009/pesan-ramadhan-pbnu--dari-shiyam-ke-shaum

Dalam sebuah hadis, kata Kiai Said, di surga nanti akan ada pintu bernama Ar-Rayan. Tidak ada yang bisa masuk ke surga melalui pintu itu kecuali para ahli puasa, terutama yang berpuasa di bulan ramadan.

"Sekali lagi saya ingatkan agar kita bukan hanya puasa dalam arti terminologi syariah tetapi juga puasa hakikat yaitu shaumi hawainnafs. Mudah-mudahan kita semua mendapatkan shaum yang berkualitas," ujar Kyai Said.

WINDA OKTAVIA

Baca juga: Jangan Hanya Dapat Lapar dan Dahaga, Inilah 5 Hikmah di Balik Puasa Ramadan