Presiden Turki Erdogan Lakukan Lockdown Parsial di Dua Pekan Pertama Ramadan

Presiden Turki Tayyip Erdogan berpidato di depan anggota parlemen dari Partai AK (AKP) yang berkuasa selama pertemuan di parlemen Turki di Ankara, Turki, 10 Februari 2021. [Murat Cetinmuhurdar / PPO / Handout via REUTERS]
Presiden Turki Tayyip Erdogan berpidato di depan anggota parlemen dari Partai AK (AKP) yang berkuasa selama pertemuan di parlemen Turki di Ankara, Turki, 10 Februari 2021. [Murat Cetinmuhurdar / PPO / Handout via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menginginkan pandemi COVID-19 tetap terkendali selama bulan Ramadan. Oleh karenanya, ia menerapkan aturan baru berupa lockdown parsial untuk dua pekan pertama bulan Ramadan. Hal itu ia sampaikan usai rapat kabinet yang digelar pada Selasa kemarin, 13 April 2021.

"Pembatasan baru ini akan berlalu mulai hari Rabu malam dan berlangsung selama dua pekan pertama Ramadan," ujar Erdogan, dikutip dari Reuters.

Lockdown parsial tersebut meliputi berbagai elemen, namun salah satu yang paling kentara adalah soal jam malam. Erdogan menyatakan durasi jam malam tiap harinya diperpanjang. Sebelumnya, jam malam berlaku dari pukul 21.00 hingga 05.00. Mulai Rabu esok, jam malam berlaku dari 19.00 hingga 05.00.

Selama jam malam berlaku, perjalanan apapun akan dilarang. Namun, jika alasannya darurat dan penting, maka akan ada dispensasi untuk itu.

Selain jam malam, pembatasan lainnya berupa pembatasan perjalanan antara kota, pembatasan operasional transportasi, larangan acara di ruang in-door, hingga diberlakukan laginya sekolah online. Penerapan elemen-elemen itu akan terus dievaluasi untuk menentukan langkah selanjutnya setelah dua pekan terlewati.

Per berita ini ditulis, Turki adalah salah satu negara paling terdampak pandemi COVID-19. Mereka berada di urutan ketujuh, setelah Inggris, dengan 3,9 juta kasus dan 34 ribu kematian akibat COVID-19.

Dalam 24 jam terakhir, kasus di Turki bertambah 59 ribu diikuti penambahan angka kematian sebanyak 273 orang. Adapun peningkatan tersebut terjadi sejak akhir Januari lalu, dimulai dari 5.200 kasus pada 24 Januari dan secara gradual naik. Kementerian Kesehatan memperingatkan, gelombang ketiga pandemi itu nyata.

Upaya vaksinasi telah dilakukan sejak 14 Januari untuk menekan pertumbuhan angka tersebut, namun hasilnya belum terlihat. Total, sudah ada 19,16 juta orang divaksin menurut keterangan Kementerian Kesehatan Turki. Rinciannya, 11,47 juta orang telah menerima dosis pertama dan 7,69 juta telah menerima dosis kedua.

Baca juga: Turki Mengecam Perdana Menteri Italia

ISTMAN MP | REUTERS