WHO Minta Iklan dan Adegan Merokok Dihilangkan di Sinetron Ramadan

13-terkaitHL-ilustrasi-penyakitKarenaRokok-bebaniKeuanganNegara
13-terkaitHL-ilustrasi-penyakitKarenaRokok-bebaniKeuanganNegara

TEMPO.CO, - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta   negara-negara Arab menghilangkan iklan rokok dan adegan merokok di sinetron-sinetron Ramadan. Mereka menilai meningkatnya iklan atau adegan merokok di layar kaca berpengaruh pada kenaikan konsumsi tembakau, terutama di kalangan remaja.

Selama Ramadan para pegiat seni berlomba-lomba membuat sinetron untuk menghibur umat Islam yang sedang berpuasa. "Ada pemborosan dalam menampilkan adegan perokok tanpa pembenaran, dan tidak adanya peringatan di layar dari bahaya merokok di bulan Ramadhan, di mana tingkat penayangan untuk drama tinggi," kata WHO dikutip dari Ahram Online, Selasa, 13 April 2021.

Keluarga-keluarga muslim di seluruh dunia sering menyaksikan sinetron sambil menyantap sahur dan berbuka puasa. Menurut riset Frost & Sullivan dan Pan Arab Research Center di Northwestern University di Qatar, 90 persen orang di Timur Tengah menyaksikan televisi selama Ramadan.

Di tegah-tengah serial ini, kata WHO, banyak adegan yang menampilkan rokok dalam segala bentuknya. "Rokok, hookah, rokok elektronik, dan obat-obatan," katanya.

Menurut WHO, negara-negara di wilayah Mediterania Timur sudah menderita karena tingkat konsumsi tembakau yang sangat tinggi di antara pemuda.

Tingkat konsumsi di kalangan pria telah mencapai 52 persen (Tunisia) dan 38 persen (Pakistan), dan tingkat konsumsi di kalangan wanita perokok adalah 11 persen (Yaman) dan 6 persen (Yordania), menurut data WHO.

Angka merokok ini berkisar di antara remaja usia 13-15 tahun 40 persen (Lebanon dan Qatar), dan 20 persen di sebagian besar negara di kawasan ini Demikian pula, tingkat di antara remaja perempuan pada kelompok usia yang sama mencapai 30 persen (Lebanon ), dan berkisar antara 10-20 persen di sebagian besar negara di kawasan ini, menurut data WHO.

Baca juga: WHO: Kaitan Vaksin AstraZeneca dan Pembekuan Darah Masuk Akal, Tapi Belum Pasti

Sumber: AL AHRAM ONLINE.