Cerita BMKG Gagal Melihat Hilal di Dermaga Jaya Ancol Efek Hujan Lebat

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

Tim Hilal BMKG mengamati matahari terbenam menggunakan teleskop saat melakukan pemantauan hilal di Dermaga Hati, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Senin, 12 April 2021. Sejumlah masjid telah menggelar salat tarawih pertama pada Senin malam. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Tim Hilal BMKG mengamati matahari terbenam menggunakan teleskop saat melakukan pemantauan hilal di Dermaga Hati, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Senin, 12 April 2021. Sejumlah masjid telah menggelar salat tarawih pertama pada Senin malam. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Hilal tidak terlihat berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG di Dermaga Hati Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, pada Senin sore karena kendala hujan lebat.

Pengamatan hilal terhenti karena hujan lebat sekitar pukul 17.50 WIB.

"Salah satu kendala utama (pengamatan) kami adalah cuaca," kata Deputi Geofisika BMKG Muhammad Sadly di Jakarta Utara, Senin, 12 April 2021.

Sadly menambahkan, BMKG juga tidak bisa melihat hilal di 27 lokasi lainnya karena hujan.

Sadly mengimbau agar masyarakat tidak cemas mengenai masuknya bulan Ramadan karena Indonesia memiliki institusi yang bertanggung jawab mengenai itu.

Kepala Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Hendra Suwarta Suprihatin mengatakan ketinggian hilal tak terlihat saat pengamatan karena hujan lebat.

"Utamanya karena terang hilal sangat sedikit, 0,11 sampai 0,17 persen dari seluruh lingkaran bulan. Apalagi bila tertutup dengan awan tebal atau hujan deras seperti ini, pasti tidak terlihat," kata Hendra.

Kendati demikian, BMKG mengimbau masyarakat untuk menunggu hasil keputusan sidang Isbat Kementerian Agama.

BMKG hanya membantu memberikan pertimbangan-pertimbangan informasi berdasarkan kegiatan pemantauan hilal setiap bulan.

Sedangkan waktu mulai berpuasa tetap diputuskan dalam sidang Isbat Kementerian Agama.

"BMKG di sini melihat setiap bulan, tidak hanya ketika akan masuk bulan Ramadhan saja," kata Hendra.

Ia mengatakan ada dua pendapat secara perhitungan (hisab) dalam memutuskan kapan masuknya bulan Ramadan. Pendapat pertama, kalau sudah di atas 0 derajat, itu sudah masuk bulan Ramadan.

Tapi ada juga ketentuan lain dari Menteri Agama se-Asia Tenggara yang percaya bahwa ketinggian minimal hilal adalah 2 derajat.

"Karena itu, keputusan masuknya bulan Ramadan tetap harus dirapatkan oleh Kementerian Agama RI melalui sidang Isbat," kata Hendra.

"Sepanjang pengalaman BMKG mengamati hilal sejak 2008, belum pernah tingginya ada di bawah ketinggian 6 derajat 28 menit," kata dia pula. Sedangkan data perhitungan hilal sementara saat matahari terbenam pada Senin, tinggi hilal 2,62 derajat di Jayapura, Papua sampai dengan 3,66 derajat di Tua Pejat, Sumatera Barat.

ANTARA

Baca juga : BMKG Prediksi Hujan Ringan di Sebagian Jakarta Siang Nanti