Sholawat Badar Karya Kiai Ali Mansur, Ini Maksud Awal Diciptakannya

Reporter

Masjid Al-Anwar yang berusia 250 tahun di Kampung Angke, Tambora, Jakarta Barat,  setelah direvitalisasi tahap pertama, Selasa, 10 Oktober 2017. FOTO: TEMPO/Larissa.
Masjid Al-Anwar yang berusia 250 tahun di Kampung Angke, Tambora, Jakarta Barat, setelah direvitalisasi tahap pertama, Selasa, 10 Oktober 2017. FOTO: TEMPO/Larissa.

TEMPO.CO, Jakarta - Membaca sholawat, termasuk sholawat badar juga termasuk dalam bentuk ibadah kepada Allah SWT, juga terdapat keistimewaan bagi yang mengamalkannya.

Hukum membaca sholawat nabi adalah sunnah muakkad atau amalan sunnah yang dilakukan untuk menyempurnakan suatu ibadah wajib dan dianjurkan dilakukan karena memiliki tingkatan hampir sama dengan ibadah wajib.

Menurut Ibnu Katsir, sholawat dari Allah adalah pemberian rahmat dan kemuliaan. Oleh karena itu macam-macam sholawat nabi harus di jadikan sebagai amalan. Bagaimana dengan sholawat badar?

Sholawat badar merupakan syair untuk pujian kepada nabi yang diciptakan oleh Kiai Ali Mansur tepatnya pada tahun 1960. Saat itu, ia menjabat sebagai Kepala Kantor Departemen Agama Bayuwagi, Jawa Timur sekaligus sebagai Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) di Banyuwangi.

Sholawat badar memiliki posisi istimewa dalam sejarah bangsa Indonesia kala itu. Selama masa pemberontakan 30 September 1965, sholawat badar digunakan oleh Kader NU untuk menyemangati diri dan sebagai simbol pembeda lagu Genjer-Genjer yang kala itu identik dengan PKI.

Salah satu faktor terciptanya sholawat badar ialah karena kegelisahan Kiai Ali Mansur yang khawatir dengan kondisi politik saat itu. NU yang merupakan organisasi para Kiai dari seluruh penjuru daerah di Indonesia saat itu, adalah saingan utama bagi partai PKI.

Baca: 3 Macam Bacaan Sholawat Nabi Penentram Jiwa: Ibrahimiyah, Munjiyat, Nariyah

Sholawat Badar pertama kali dipopulerkan saat Habib Ali mengundang Kiai Ali Mansur serta ulama-ulama lainnya untuk datang ke kediamannya di Jalan Kwitang, Jakarta, dan disanalah sholawat badar dikumandangkan secara luas oleh Kiai Ali Mansur.

Nama Kiai Ali Mansur sebagai penulis sholawat badar sempat terlupakan sampai kemudian, oleh KH. Abdurahman Wahid, menegaskan kembali siapa penulis syair tersebut pada Muktamar ke-30 di Lirboyo, Kediri. Kiai Ali Mansur dianugerahi tanda jasa Bintang Kebudayaan atas karyanya tersebut dan sebelum itu pada Muktamar ke-28 NU di Krapyak, Yogyakarta, sholawat badar dikukuhkan sebagai Mars Nahdlatul Ulama.

Berikut penggalan bait sholawat badar :

Sholaatullah salaamullaah
Alaa Thooha rosuulillaah
Sholaatullaah salaamullaah
Alaa Yaasin Habiibillaah..

ASMA AMIRAH