Masjid Raya Baiturrahman Saksi Perjuangan Rakyat Aceh dan Duka Tsunami 2004

Reporter

Foto udara Masjid Raya Baiturrahman yang berada di pusat kota Banda Aceh, Aceh, Kamis 14 Mei 2020. Masjid Raya Baiturrahman yang memiliki lima kubah yang melambangkan rukun Islam sekaligus dasar negara Pancasila itu merupakan destinasi wisata religi dan ikon kota Banda Aceh, termasuk  salah satu masjid tertua dan termegah di Asia yang dibangun abad 16 pada masa Kerajaan Sultan Iskandar Muda. ANTARA FOTO/Ampelsa
Foto udara Masjid Raya Baiturrahman yang berada di pusat kota Banda Aceh, Aceh, Kamis 14 Mei 2020. Masjid Raya Baiturrahman yang memiliki lima kubah yang melambangkan rukun Islam sekaligus dasar negara Pancasila itu merupakan destinasi wisata religi dan ikon kota Banda Aceh, termasuk salah satu masjid tertua dan termegah di Asia yang dibangun abad 16 pada masa Kerajaan Sultan Iskandar Muda. ANTARA FOTO/Ampelsa

TEMPO.CO, Jakarta - Masjid Raya Baiturrahman merupakan masjid tertua di banda Aceh dan salah satu peninggalan dari kerajaan Aceh selain buku Bustanu's Dapatin yang ditulis Nuruddin ar-Ranuri, berisi tentang sejarah raja-raja Kerajaan Aceh.

Bangunan Masjid Raya Baiturrahman yang asli dibangun pada 1612 pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Namun ada juga yang mengatakan bahwa Masjid Raya Baiturrahman yang asli dibangun lebih awal yaitu pada 1292 oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah. Bentuk masjid kerajaan yang asli menampilkan atap jerami berlapis-lapis yang merupakan khas arsitektur Aceh.

Pada tahun 1873 tepatnya pada 10 April, Kesultanan Aceh Darussalam menggunakan masjid Raya yang asli sebagai benteng pertempuran menyerang pasukan kerajaan Belanda dari dalam masjid. Pasukan Royal Belanda pun membalas dengan menembakkan suar ke atap jerami masjid dan menyebabkan masjid terbakar.

Pada 9 Oktober 1879, Belanda kembali membangun kembali Masjid Raya Baiturraan sebagai pemberian dan untuk mengurangi kemarahan rakyat Aceh. Pembangunan pun selesai pada 27 Desember 1881 ketika masa pemerintahan Sultan terakhir Aceh yaitu pada kepemimpinan Muhammad Daud Syah.

Awalnya masjid Raya Baiturrahman hanya memiliki satu kubah dan satu lebaran, Namun pada tahun 1935, 1958, dan 1982 kubah-kubah dan menara-menara baru ditambah. Dan sekarang Masjid Raya Baiturrahman memiliki 7 kubah dan 8 menara.

Gempa dan tsunami sempat melanda Banda Aceh pada tahun 26 Desember 2004 dan Masjid Raya Baiturrahman selamat dari peristiwa tersebut dengan hanya mendapat sedikit kerusakan seperti dinding yang retak.

Masjid Raya Baiturrahman, dirancang oleh arsitektur Belanda yang bernama Gerrit Bruins, kemudian disain Masjid diadaptasi oleh L.P. Luijks, yang mengawasi kerja kontruksi yang dilakukan oleh kontraktor Lie A Sie.

Baca: Masjid Raya Baiturrahman Aceh Tak Goyang Diterjang Tsunami

Desain yang di ambil pun merupakan gaya ke bang kita Mughal dengan dicirikan kubah besar dengan menara-menara, kubah hitamnya yang unik dibangun dari sirao lagi keras yang dibangun menjadi ubin.

Interiornya yabgdihiasi dengan dinding dan pilar berelief, tangga marmer, lantai dari Tiongkok, jendela kaca patri dari belgia, pintu kayu berdekorasi, lampu hias gantung perunggu, dan terakhir batu-batu bangunan yang dibawa langsung dari Belanda.

Saat proses pembangunan Masjid Raya Baiturrahman, tidak sedikit masyarakat Aceh yang awalnya menolak untuk beribadah di Masjid Raya Baiturrahman yang baru itu, karena status masjid yang dibangun oleh orang-orang Belanda yang kala itu merupakan musuh mereka. Namun, sekarang Masjid Raya Baiturrahman menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Banda Aceh.

ASMA AMIRAH