Penjualan Kurma di Makassar Turun 50 Persen

Reporter

Pembeli berbelanja buah kurma di sebuah swalayan di Makassar, Minggu (29/7). TEMPO/Fahmi Ali
Pembeli berbelanja buah kurma di sebuah swalayan di Makassar, Minggu (29/7). TEMPO/Fahmi Ali

TEMPO.CO, Makassar - Buah kurma pada Ramadan 1141 Hijriah masih diincar umat Muslim di tengah penurunan daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19.

"Buah kurma masih banyak dicari, meski pembeli datang sendiri, maupun memesan secara 'online' (daring)," kata pemilik toko yang menjual kurma di kawasan Pasar Cidu Makassar, Hudaya, di Makassar, Kamis, 7 Mei 2020.

Pembelian kurma diakui menurun saat Ramadan tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu. Namun Hudaya masih bersyukur karena cukup banyak pembeli yang mencari buah kurma, meski volume pembeliannya menurun.

Sebagai gambaran, lanjut dia, pembeli pada Ramadan tahun lalu rata-rata membeli kurma 2-3 kilogram, kini 0,5- 1 kilogram dengan harga kurma yang bervariasi, sesuai dengan jenisnya, mulai Rp 75 ribu hingga Rp 150 ribu per kilogram.

Hal senada dikemukakan penjual kurma secara daring dengan merek "Altaz", Ummi Yaya, di mana dia mengatakan biasanya awal Ramadan sudah banyak orderan kurma, namun kali ini baru menjelang pertengahan Ramadhan mulai ada pesanan.

"Pesanan itu, baik untuk konsumsi pribadi maupun untuk bahan parsel atau menu buka puasa untuk dikirim ke pihak keluarga, teman, atau kolega," katanya.

Terkait dengan volume pemesanan, pengelola industri rumah tangga itu, mengaku mengalami penurunan sekitar 50 persen dibandingkan dengan Ramadan 1440 Hijriah.

Hal itu, katanya, bisa dipahami karena daya beli masyarakat sedang terpengaruh pandemi Covid-19.

Berkaitan dengan hal tersebut, dia mengaku tidak banyak memesan kurma dari pusat grosir kurma di Pasar Tanah Abang, Jakarta, karena khawatir barang yang sudah dibeli tidak terjual habis hingga akhir Ramadan.

ANTARA