Tak Mudik ke Gunung Kidul, Begini Cara Dapatkan Belalang Goreng

Reporter

Editor

Ludhy Cahyana

Belalang goreng kuliner khas Guningkidul. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Belalang goreng kuliner khas Guningkidul. TEMPO/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Jakarta - Belalang goreng menjadi cemilan khas Kabupaten Gunung Kidul. Nah, biasanya mereka yang mudik bakal memburu kuliner satu ini. Sayangnya, tradisi mudik ke Yogyakarta, termasuk ke Gunung Kidul terhalang wabah virus corona.

Untuk mencegah penyebaran wabah, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membatasi pemudik. Tapi jangan cemas, kuliner ekstrem ini sudah dijual secara onlineKudapan berbahan baku belalang kayu yang kaya protein itu, digoreng dengan bumbu campuran bawang putih, tumbar, garam dan cabai. Rasanya gurih dan renyah.

“Untuk wisatawan dan masyarakat yang menginginkan belalang goreng tapi tak bisa ke Gunungkidul masih dilayani dengan cara pesan secara online atau lewat media sosial,” ujar Sri Lestari alias Sri Hawa, 35, seorang pelaku usaha belalang goreng asal Kecamatan Ngawen Gunungkidul, 6 Mei 2020.

Media sosial yang paling sering dijadikan untuk bertransaksi belalang goreng itu, antara lain Facebook dan juga grup aplikasi percakapan Whatsapp atau WA.

Harga belalang goreng relatif stabil dan masih terjangkau walau dipesan secara online. Kisaran harganya antara Rp20.000-30.000 untuk setoples penuh belalang goreng berukuran satu ons.

Sri menuturkan selama masa pandemi ini, permintaan paling tinggi berasal dari konsumen asal Jakarta. Ia tak menampik orderan belalang goreng saat wabah ini cukup menurun, walaupun saat ini sudah mendekati Lebaran. 

Perempuan yang sudah lebih dari 10 tahun berjualan belalang goreng ini mengatakan, biasanya saat awal Ramadan stok belalang matang sebanyak 30 kilogram sudah tandas sebelum memasuki Lebaran.

Saat situasi sedang normal tanpa pandemi, beberapa hari jelang Lebaran, dari penjualan belalang goreng itu, Sri bisa mengantongi Rp 6-8 juta dalam sehari, “Tapi Ramadan kali ini, dalam satu minggu untuk jualan dua kilogram belalang goreng sudah sangat sulit,” katanya.

Untuk menyiasati penurunan penjualan belalang goreng akibat wabah tahun ini,  Sri yang sudah merintis penjualan secara online enam tahun terakhir itu mengandalkan diversifikasi usahanya.

“Selain belalang, saya juga stok bahan bekicot. Ramadan tahun lalu stok 200 kilogram bekicot langsung habis sebelum lebaran,” katanya. Bekicot ini sama halnya belalang, bisa dimasak goreng, rebus, juga tumis untuk kudapan serta lauk pauk. Harga per kilogram bekicot ini sekitar Rp90.000.

Masakan berbahan bekicot ini, ujar Sri, belakangan permintaannya juga banyak datang dari Jakarta. Konsumennya sebagian besar perantau yang tidak pulang kampung halaman karena adanya wabah.

“Karena para perantau itu tidak bisa mudik tahun ini, jadi pesan minta dikirim ke Jakarta. Kalau pas mudik yang biasanya langsung datang ke rumah untuk membeli,” ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO