Wamenag Sampaikan Tiga Tingkatan Puasa Menurut Al-Ghazali

Reporter

Editor

Amirullah

Menteri Agama Fahrur Rozi (kanan) didampingi Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid (kiri) menyampaikan hasil Sidang Isbat penentuan awal Ramadhan 1441 Hijriah dari Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis, 23 April 2020. Sidang isbat kali ini dilakukan dengan menerapkan protokol pencegahan Covid-19. ANTARA/Humas Kemenag-Romadanyl
Menteri Agama Fahrur Rozi (kanan) didampingi Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid (kiri) menyampaikan hasil Sidang Isbat penentuan awal Ramadhan 1441 Hijriah dari Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis, 23 April 2020. Sidang isbat kali ini dilakukan dengan menerapkan protokol pencegahan Covid-19. ANTARA/Humas Kemenag-Romadanyl

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Saadi menyampaikan tiga tingkatan puasa menurut Imam Ghazali. Tiga tingkatan itu adalah puasa orang awam, khusus, dan sangat khusus.

"Puasa yang dimensinya ritual formal, ritual mencegah melakukan segala yang membatalkan seperti makan, minum, bersetubuh dengan pasangan sah, ini disebut puasanya orang awam," kata Zainut dalam telekonferensi Obroloan Seputar Soal Islam (Obsesi), Senin, 4 Mei 2020.

Dia mengatakan tingkatan orang berpuasa berikutnya adalah puasa khusus dengan ritual formal ditambah spiritual sehingga melebihi golongan awam. Puasa awam hanya berhenti pada ritual formal saja, sementara puasa orang khusus ini ditambah dengan puasa melalui panca inderanya.

Kemudian, kata Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, tingkatan ketiga adalah puasa sangat khusus. Jenis puasa ini dimensinya sampai pada tingkatan intelektual. "Menahan lapar, dahaga, nafsu, panca indera, menghindari yang dilarang hati nurani. Di sini akal pikiran kita juga ikut berpuasa," katanya.

Zainut mengatakan puasa dari kelompok orang yang sangat khusus dapat menemukan jati dirinya. Orang yang dapat mengetahui dirinya maka dia dapat mengenal Tuhannya (man 'arafa nafsahu, 'arafa rabbahu).

Dia mengibaratkan puasa itu seperti proses menghidupkan ulang (restart) komputer. Manusia akan memulai kembali dengan sesuatu yang segar setelah komputer tersebut dimatikan.

"Proses restart itu penting karena metode itu untuk mengintegrasikan software atau rohani dan hardware atau jasmani. Jangan sampai puasa ini hanya mendapat lapar dan dahaga saja," ujar Zainut.

ANTARA