Manfaatkan Momentum, Nasabah Mulai Tebus Gadai Emas

Nasabah melakukan physical distancing saat mengantre pelayanan di Kantor Pegadaian Pusat, Jakarta, Senin, 20 April 2020. Berdasarkan data, pinjaman naik 16,55 persen secara tahunan (yoy) dari Rp 29 triliun menjadi Rp 33,8 triliun. Tempo/Tony Hartawan
Nasabah melakukan physical distancing saat mengantre pelayanan di Kantor Pegadaian Pusat, Jakarta, Senin, 20 April 2020. Berdasarkan data, pinjaman naik 16,55 persen secara tahunan (yoy) dari Rp 29 triliun menjadi Rp 33,8 triliun. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Medan - Di masa pandemi Corona, mendekati hari raya Idul Fitri dan berbarengan dengan momen kenaikan harga emas, tak sedikit nasabah PT Pegadaian (Persero) menebus gadaian emas mereka. Tren ini di antaranya terlihat di kantor Pegadaian Kanwil I Medan, Sumatera Utara.

"Semakin mendekati Lebaran, banyak nasabah yang menebus dengan tujuan untuk dipakai di hari Lebaran dan dijual kembali memanfaatkan momentum harga emas yang mahal," ujar Pemimpin Wilayah PT Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan, Edwin Soeharto Inkiriwang di Medan, Ahad, 3 Mei 2020.

Pada Rabu lalu, 29 April 2020, harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau emas Antam dibanderol Rp 928 ribu per gram. Angka itu melonjak bila dibandingkan per 8 Januari 2020, harga emas masih di level Rp 799 ribu per gram.

Tak hanya di Pegadaian, hal serupa terjadi di toko emas. Salah satu pengusaha toko emas di Medan pernah bercerita ke Edwin soal gerainya yang kewalahan menerima penjualan emas masyarakat karena keuangan atau modal yang terbatas.

Akhirnya beberapa toko emas juga melakukan aksi tutup sementara, karena lebih banyak yang menjual dari membeli. Bahkan ada pengusaha toko emas terpaksa menggadaikan emas hasil pembeliannya ke Pegadaian untuk bisa menambah modal. "Tentunya margin keuntungan toko emas semakin kecil," kata Edwin.

Namun Edwin menyayangkan aksi jual emas yang dilakukan nasabah bila bukan untuk keperluan penting. Sebab, dalam perkiraannya, harga emas masih bakal naik atau bahkan bisa menembus Rp 2 juta per gram.

Meski begitu, Edwin menilai hal tu terjadi karena pandemi Corona telah memukul perekonomian masyarakat. "Secara keseluruhan pandemi Covid-19 berdampak negatif bagi bisnis Pegadaian yang nasabahnya sebagian besar merupakan warga dengan ekonomi menengah ke bawah," katanya.

Dia memberi contoh sudah ada 727 orang nasabah Pegadaian yang mengajukan restrukturisasi kredit dengan alasan perekonomian terganggu akibat pandemi Corona. "Pandemi Covid-19 membuat perekonomian atau keuangan nasabah terganggu, jadi Pegadaian memang menawarkan restrukturisasi kredit," ujar Edwin.

Adapun restrukturisasi kredit yang diberikan Pegadaian ada produk berbasis fidusia seperti Kreasi (produk konvensional), Arrum (produk syariah), dan Amanah (Pembiayaan Kendaraan Bermotor).

ANTARA