Sebagian Warga Aceh Barat Baru Jalankan Puasa pada Sabtu

Reporter

Editor

Amirullah

Tim Hisab Rukyat Kantor Wilayah (Kanwil) Agama Provinsi DKI Jakarta memantau hilal awal Ramadhan 1441 H di atap Gedung Kanwil Agama DKI Jakarta, Jatinegara, Jakarta, Kamis, 23 April 2020. Pemerintah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadhan 1441 Hijriah jatuh pada Jumat, 24 April 2020 berdasarkan sidang Isbat. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Tim Hisab Rukyat Kantor Wilayah (Kanwil) Agama Provinsi DKI Jakarta memantau hilal awal Ramadhan 1441 H di atap Gedung Kanwil Agama DKI Jakarta, Jatinegara, Jakarta, Kamis, 23 April 2020. Pemerintah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadhan 1441 Hijriah jatuh pada Jumat, 24 April 2020 berdasarkan sidang Isbat. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Meulaboh - Sebagian warga di Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh baru menjalankan ibadah puasa pertama pada Sabtu, 25 April 2020. Ini berbeda dengan ketetapan awal puasa oleh pemerintah yang dimulai pada Jumat.

“Sebagian besar masyarakat yang menjalankan ibadah puasa pada hari ini merupakan masyarakat yang berdomisili di sekitar dayah/pondok pesantren tradisional,” kata Kepala Dinas Syariat Islam Kabupaten Aceh Barat, Muhammad Isa, Sabtu malam, 25 April 2020.

Menurutnya, umat Islam yang menjalankan ibadah puasa Ramadan pada Sabtu tersebut mengikuti fatwa (keputusan) ulama dayah, yang menyatakan bahwa penetapan satu Ramadan 1441 Hijriyah pada Sabtu.

Keputusan tersebut merujuk pada hasil rukyatul hilal (pengamatan bulan) karena pada saat dilakukan pengamatan bulan menggunakan teleskop, tidak terlihat hilal di Kabupaten Aceh Barat.

Muhammad Isa menambahkan perbedaan pelaksanaan awal puasa di Kabupaten Aceh Barat termasuk beberapa daerah lainnya di Aceh, sudah sering terjadi setiap tahunnya.

Namun hal tersebut tidak menyebabkan perpecahan di kalangan masyarakat muslim, karena masyarakat memaklumi keputusan tersebut sesuai dengan keyakinan masing-masing.

“Intinya masyarakat di Aceh sangat menghargai perbedaan pendapat, tidak ada persoalan sama sekali,” kata Muhammad Isa menambahkan.

Begitu juga dengan pelaksanaan ibadah shalat tarawih. Menurut Isa, masyarakat juga melaksanakan sesuai dengan keyakinan dan tidak membedakan dengan jumlah rakaat di setiap shalat sunnah yang dilakukan setahun sekali tersebut.

ANTARA