Warga Banda Aceh Banyak Jual Emas Memasuki Ramadan

Reporter

Editor

Amirullah

Calon pembeli mengamati perhiasan liontin emas yang dijual secara dilelang di Kantor Pusat Pegadaian, Jakarta, 6 Oktober 2017. Tempo/Tony Hartawan
Calon pembeli mengamati perhiasan liontin emas yang dijual secara dilelang di Kantor Pusat Pegadaian, Jakarta, 6 Oktober 2017. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Tingkat penjualan emas perhiasan di Kota Banda Aceh mencapai 70 persen atau naik dibanding hari biasanya 50 persen saat memasuki Ramadan.

“Salah satu alasan warga yang menjual kembali emas perhiasannya ke toko kami adalah karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama bulan suci Ramadhan 1441 Hijriah,” kata salah satu pedagang emas, Murizal, di Banda Aceh, Sabtu, 25 April 2020.

Ia menjelaskan biasanya harga pembelian dan menjual kembali emas perhiasan di tokonya yakni 50 banding 50. “Kalau untuk harga emas saat ini masih bertahan Rp2,7 juta per mayam (3,3 gram) belum termasuk ongkos,” katanya.

Menurut Murizal, peningkatan penjualan kembali emas perhiasan tersebut mulai terjadi pada awal meugang (hari pemotongan hewan), di mana sudah menjadi tradisi masyarakat Aceh pada hari tersebut untuk membeli daging sapi atau kerbau untuk disantap bersama keluarga.

Ia mengatakan merebaknya COVID-19 juga ikut berdampak terhadap perekonomian masyarakat Aceh, termasuk terhadap penjualan emas perhiasan.

Ia menambahkan seperti kebiasaan tahun-tahun sebelumnya pada pertengahan bulan suci Ramadan, masyarakat akan kembali membeli emas perhiasan untuk berinvestasi.

"Tahun-tahun sebelumnya juga seperti ini, awal bulan suci Ramadan banyak masyarakat yang menjual emasnya kembali, tapi ketika sudah memasuki pertengahan bulan puasa nanti banyak yang akan membeli lagi," kata Murizal.

ANTARA