Wamenag: Urungkan Niat Mudik Sama dengan Jihad Kemanusiaan

Reporter

Editor

Amirullah

Calon penumpang bersiap menaiki bus AKAP di terminal bayangan Pondok Pinang, Jakarta, Jumat, 3 April 2020. Meski pemerintah telah mengimbau masyarakat untuk menunda mudik atau pulang kampung sebagai salah satu langkah membatasi penyebaran wabah COVID-19, sejumlah penumpang masih terlihat kembali ke kampungnya. ANTARA/Reno Esnir
Calon penumpang bersiap menaiki bus AKAP di terminal bayangan Pondok Pinang, Jakarta, Jumat, 3 April 2020. Meski pemerintah telah mengimbau masyarakat untuk menunda mudik atau pulang kampung sebagai salah satu langkah membatasi penyebaran wabah COVID-19, sejumlah penumpang masih terlihat kembali ke kampungnya. ANTARA/Reno Esnir

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid mengatakan umat Islam yang mengurungkan niat mudik sama dengan melakukan jihad untuk kemanusiaan. “Nabi memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang mau bersabar dan tetap berada di tempat tinggalnya dengan balasan syahid kepadanya,” kata Zaninut dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 22 April 2020.

Zainut mengatakan, Jakarta sudah dinyatakan oleh Pemda DKI sebagai zona merah. Artinya seluruh orang yang berada di wilayah DKI Jakarta masuk katagori ODP (Orang Dalam Pemantauan). Sehingga pergerakannya harus diawasi agar dapat memutus mata rantai penyebarannya.

Adapun mudik ke kampung halaman, kata Zainut, dapat mempercepat proses penyebaran Covid-19. Sebab, ada pergerakan manusia dari zona merah ke zona hijau. “Sehingga bisa membahayakan keselamatan jiwa masyarakat,” katanya.

Zainut pun mengutip sebuah hadist mengenai nasihat Nabi Muhammad SAW, yaitu jika mendengar wabah melanda suatu negeri maka umat dilarang memasukinya. “Dan jika kalian berada di daerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya.”

Menurut Zainut, setiap orang harus memiliki kesadaran bersama terhadap bahaya ancaman wabah Covid-19, dan memiliki tanggung jawab untuk mencegah penyebarannya.

“Masalah ini tidak boleh hanya dibebankan kepada pemerintah semata, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita bersama,” ujar Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia ini.

FRISKI RIANA