Ahli Bolehkan Pasien Asimtomatik COVID-19 untuk Berpuasa

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Ilustrasi diabetes. Freepik.com

TEMPO.CO, Jakarta - Para pakar ilmu kesehatan dan medis mengatakan bahwa pasien COVID-19 tanpa gejala, meski menderita diabetes, diperbolehkan berpuasa selama Ramadan. Namun, diabetolog terkenal Abdul Basit meminta pasien harus tetap berkonsultasi dengan dokter, diam di rumah sambil jaga jarak, memperbanyak minum air dan minum obat secara teratur.

Abdul yang juga Presiden Federasi Diabetes Internasional (IDF) wilayah MENA menyampaikan hal itu dalam 'Konferensi Diabetes dan Ramadhan Internasional' yang diselenggarakan oleh Institut Baqai Diabetologi dan Endokrinologi (BIDE), yang digelar pada Minggu, 19 April 2020.  Dia mengatakan Ramadan tahun ini datang di saat orang-orang khawatir dengan COVID-19.

"Jutaan orang dengan diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular juga ingin tahu apakah mereka bisa berpuasa atau tidak, atau dinyatakan positif virus. Kami berkumpul untuk menjawab itu," ujar dia, seperti dikutip laman Dawn, Selasa, 21 April 2020.

Konferensi itu mempertemukan berbagai pakar kesehatan terkemuka, termasuk diabetologis, ahli jantung, ahli saraf, serta cendekiawan Islam dan ulama dari berbagai negara di dunia. Mereka berpartisipasi dan menyampaikan ceramah tentang puasa yang aman, terutama Ramadan di tengah tantangan pandemi global.

Ahli diabetes terkenal lainnya, Saiful Haq, berbicara dengan tema 'COVID-19 dan Diabetes/ Puasa Ramadan' mengatakan, sebagian besar pasien COVID-19 disertai asimptomatik dan tidak memiliki masalah kesehatan. "Pasien seperti itu bisa berpuasa, tapi harus tetap berhubungan dengan dokter, sambil menjaga diri sampai menyelesaikan puasanya setiap hari," kata dia.

Ketika Ramadan akan dimulai, Saiful menerangkan, akan ada ratusan pasien COVID-19, yang mengisolasi diri karena tidak memiliki gejala. "Pasien seperti itu, bahkan jika mereka penderita diabetes, dapat berpuasa, tapi mereka perlu mengobati diabetes mereka baik dengan obat-obatan atau insulin," tuturnya.

Saiful berpendapat, orang yang terinfeksi virus corona belum tentu memiliki diabetes. Tapi, dia menambahkan, penderita diabetes, atau yang mengalami obesitas dan memiliki kondisi mendasar lainnya, termasuk hipertensi, penyakit kardiovaskular dan masalah ginjal, dapat menjadi serius ketika terkena virus corona.

Sementara ahli saraf terkenal Muhammad Wasey menjelaskan, puasa tidak hanya bermanfaat bagi sistem kekebalan tubuh, tapi juga membantu mencegah berbagai kondisi neurologis, termasuk stroke.

"Saya menyarankan untuk memanfaatkan bulan suci ini agar memperoleh pembelajaran baik dari segi fisik maupun mental," kata dia, yang juga presiden Lembaga Ilmu Pengetahuan Saraf Internasional Pakistan.

Sedangkan ulama terkemuka Islam Mufti Taqi Usmani menyebutkan Ramadan tahun ini sangat istimewa, karena situasi pandemi dan umat Islam di seluruh dunia mencari ahli kesehatan dan praktisi untuk bimbingan puasa yang aman. Di antara jutaan muslim itu, kata dia, ada sejumlah besar orang yang menderita berbagai penyakit, termasuk diabetes, hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

"Banyak di antara mereka ingin berpuasa, tapi mereka membutuhkan nasihat agama maupun medis tentang apakah mereka bisa berpuasa atau tidak," tutur Usmani.

Usmani mengetahui bahwa ada yang memandang keras bahwa orang dengan diabetes dan hipertensi tidak boleh berpuasa, tapi ada juga yang mengatakan boleh. "Saya percaya, para praktisi medis dan ahli kesehatan memiliki posisi yang lebih baik untuk memberi nasihat kepada orang-orang apakah mereka harus berpuasa atau menahan diri dari itu," kata cendekiawan agama itu.

DAWN | BIDE

Reporter: Moh. Khory Alfarizi
Editor: Erwin Prima