300 Tenda untuk Itikaf di Masjid Habiburrahman Bandung

Reporter

Warga Muslim mendirikan tenda di halaman Masjid Habiburrahman sebelum beritikaf, Bandung, Jawa Barat, Ahad dinihari, 26 Mei 2019. Itikaf atau berdiam diri di masjid dilaksanakan pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. TEMPO/Prima Mulia
Warga Muslim mendirikan tenda di halaman Masjid Habiburrahman sebelum beritikaf, Bandung, Jawa Barat, Ahad dinihari, 26 Mei 2019. Itikaf atau berdiam diri di masjid dilaksanakan pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Bandung - Sekitar 300 tenda berdiri diisi oleh keluarga Muslim yang melaksanakan kegiatan itikaf di Masjid Habiburrahman, Jalan Kapten Tatanegara, Kota Bandung, Minggu, 26 Mei 2019.

Panitia Ramadhan DKM Masjid Habiburrahman, Nugraha mengatakan fenomena tersebut rutin terjadi setiap tahunnya pada kegiatan itikaf yakni 10 hari sebelum Lebaran. Setiap tenda tersebut diisi oleh sekitar empat sampai lima orang untuk satu keluarga. "itikaf itu adalah bagian dari perayaan Ramadan, jadi persiapan telah dilakukan hampir empat bulan sebelum masuk Ramadan," kata Nugraha.

Setiap tenda tersebut, kata dia, dipersilakan turut membayar sumbangan sebesar Rp 150 ribu. Dia mengatakan sumbangan tersebut akan dipergunakan untuk biaya keamanan, kebersihan, dan kebutuhan Ramadan seperti takjil.

"Mereka bawa sendiri tendanya dan kita menghitung per tendanya, jadi bisa diperkirakan nanti jamaahnya ada berapa untuk ketersediaan air wudhu, takjil dan yang lainnya," kata dia.

Panitia juga telah mempersiapkan sejumlah penceramah kondang untuk mengisi di Masjid Habiburrahman. Namun, kata dia, tidak semua yang masuk ke dalam daftarnya bisa hadir untuk menyapa jamaah yang melaksanakan kitikaf.

"Kemarin sudah ada seperti Ustadz Adi Hidayat, dan yang lainnya juga sudah ada dalam daftar," kata dia.

Para jamaah itikaf tersebut, kata dia, berasal dari sejumlah wilayah sekitar Bandung, Jakarta dan Jawa Tengah. Bahkan, menurutnya ada juga yang berasal dari luar Jawa.

"Kemudian ada dari Tangerang, Jakarta, Tasik, Solo, Bekasi, Karawang kemudian ada juga yang dari Batam," katanya.

Seorang jamaah asal Batam, Aam Komariyah mengaku memang setiap tahunnya selalu mengikuti kegiatan itikaf di Masjid yang dibina oleh PT Dirgantara Indonesia itu.

"Dari dulu sering itikaf di sini, saya sudah datang dari hari pertama itikaf, sekalian pulang kampung saja ke Bandung," kata Aam.

Selain pulang kampung, dia memilih masjid tersebut karena program itikaf tersebut memang disediakan oleh pihak DKM. "Padahal saya daftarnya paling belakangan, kebetulan dapet, kan biasanya harus daftar sebulan sebelumnya," kata ibu lima anak tersebut saat sedang bersiap untuk itikaf.

ANTARA