Serunya Umat Hindu di Kendari Berbagi Takjil Ramadan

Berbagi takjil dilakukan kerukunan umat  Hindu di Kota Kendari Rabu (15/5) sebagai bentuk menjaga harmonisasi kehidupan beragam di Kota Lulo. Rosniawanti Fikri/Tempo
Berbagi takjil dilakukan kerukunan umat Hindu di Kota Kendari Rabu (15/5) sebagai bentuk menjaga harmonisasi kehidupan beragam di Kota Lulo. Rosniawanti Fikri/Tempo

TEMPO.CO, Kendari - Menjelang buka puasa Ramadan, Rabu, 15 Mei 2019, Ni Kadek Syhirastika setengah berlari dalam keramaian lalu lintas di seputaran perempatan lampu merah Jalan Abunawas Mandonga Kota Kendari.  

Baca juga: Menu Buka Puasa Paling Enak Menurut Jokowi

Mengenakan kebaya dan sarung bernuansa oranye bocah perempuan yang baru duduk di kelas SD 17 Baruga itu bergabung bersama orang tuanya yang terhimpun dalam kerukunan Umat Hindu di Kota Kendari Sulawesi Tenggara membagi-bagikan takjil kepada umat islam yang sedang berpuasa.

Senyum mengembang dari bibir bocah 7 tahun itu, saat  tangan mungilnya membagi-bagikan takjil. “Saya tidak puasa tapi ini untuk orang yang berpuasa,” katanya singkat saat memberikan takjil pada pengurus masjid.

Rabu sore itu, takjil dan camilan manis dibagikan kepada sejumlah pengendara yang tengah melintas di perempatan lampu merah Jalan Abunawas Mandonga serta pada sejumlah jamaah di Masjid Al-Muhajirin yang tengah menunggu waktu berbuka puasa.

Pembagian takjil ini  juga sempat menarik perhatian warga yang melintas lantaran saat membagikan takjil, umat Hindu mengenakan pakaian adat bali. Para  perempuan mengenakan sarung dan kebaya sementara lelaki mengenakan udeng atau sejenis kain yang diikat  ke kepala dan kamen-kain bawahan.

“Saya baru lihat, saya terharu karena melihat toleransi yang begitu tinggi dari umat lain,” kata Asrul Mekuo, salah satu warga yang menerima takjil. 

Ketua Pemuda Umat Hindu Sulawesi Tenggara Gede Pande Okadana (30) mengatakan kegiatan ini sudah kali ketiga mereka laksanakan. Berbagi takjil di bulan Ramadan ini digagas untuk menjaga harmonisasi dan toleransi keagamaan.

Menurut Okadana, sebagai ibu kota provinsi, Kendari menjadi representasi kemajemukan. Warga dari berbagai etnis dan agama hidup berdampingan dengan rukun selama puluhan tahun. Umat Hindu, Muslim, maupun Nasrani.

“Di sini umat beragamanya hidup rukun dan damai termasuk kami umat Hindu yang hidup berdampingan dengan yang lain. Berbagi takjil ini bentuk kami menghargai umat Islam yang sedang berpuasa,” urai pemuda yang berstatus mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Kendari. 

Baca berita Ramadan lainnya di Tempo.co