Tradisi Maddupa Keteng di Makassar, Sambut Ramadan dengan Dupa

Warga mengikuti pawai obor di kawasan Monumen Arek Lancor, Pamekasan, Jawa Timur, 25 Mei. Pawai tersebut dalam rangka menyambut bulan Ramadan. ANTARA/Saiful Bahri
Warga mengikuti pawai obor di kawasan Monumen Arek Lancor, Pamekasan, Jawa Timur, 25 Mei. Pawai tersebut dalam rangka menyambut bulan Ramadan. ANTARA/Saiful Bahri

TEMPO.CO, Makassar - Masyarakat Makassar di Sulawesi Selatan melaksanakan tradisi berdoa bersama menyambut bulan puasa Ramadan. Tradisi berdoa bersama bernama Maddupa Keteng ini dilakukan warga Kecamatan Cina, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Baca: Puasa, Pilih 5 Titik Ngabuburit Murah Meriah di Jakarta

Tradisi Maddupa Keteng berlangsung sebelum sahur pertama hingga hari ketiga puasa Ramadan. Seorang tokoh agama, Jamaludding Daeng Mattorang mengatakan Maddupa Keteng sudah dilakukan oleh leluhur dan turun-temurun.

"Hanya orang pintar yang boleh memimpin mabbaca-baca (doa) saat Maddupa Keteng. Jadi, tidak bisa dilakukan sembarang orang," ucap Jamaludding kepada Tempo, Minggu malam 5 Mei 2019. Pemimpin doa mengucapkan rasa syukur dan kegembiraan menyambut Ramadan.

Artikel lainnya: Etika yang Harus Dipahami di Tempat Kerja selama Ramadan

Saat Maddupa Keteng berlangsung, warga Desa Cinennung, Kecamatan Cina, menyiapkam makanan berupa ayam atau sapi di rumah masing-masing. Selanjutnya tokoh agama dipanggil untuk memberikan doa. "Untuk jenis makanannya tidak ada ketentuan khusus," ucap Jamaludding.

Tokoh agama itu kemudian membaca sejumlah surat dalam Al-Quran, yakni Al-Fatihah, Al-Ihklas, An-Nas, dan Al-Falaq, kemudian membaca doa makan. "Ada dupa yang dibakar kemudian membaca niat," kata Jamaludding.

Baca juga: Malamang dan Marandang, Tradisi Menyambut Ramadan ala Minang

Selain melaksanakan tradisi Maddupa Keteng, masyarakat Makassar juga menyambut Ramadan dengan membersihkan masjid dan melakukan ziarah kubur.