Presiden Trump Jadi Tuan Rumah Buka Puasa di Gedung Putih

Reporter

Donald Trump menerbitkan perintah ekskutif untuk melarang masuknya pengungsi dari tujuh negara berpopulasi Muslim. Kebijakan ini menimbulkan protes dari dalam AS dan berbagai negara karena dianggap rasis. Ketujuh negara itu adalah Irak, Suriah, Iran, Libya, Somalia, Sudan, and Yaman. (Alex Wong/Getty Images)
Donald Trump menerbitkan perintah ekskutif untuk melarang masuknya pengungsi dari tujuh negara berpopulasi Muslim. Kebijakan ini menimbulkan protes dari dalam AS dan berbagai negara karena dianggap rasis. Ketujuh negara itu adalah Irak, Suriah, Iran, Libya, Somalia, Sudan, and Yaman. (Alex Wong/Getty Images)

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menggelar acara buka puasa bersama di Gedung Putih pada Rabu, 6 Juni 2018, waktu setempat. Acara iftar itu adalah yang pertama kali dilakukan oleh Trump sebagai orang nomor satu di Amerika Serikat. 

Acara buka puasa bersama itu dihadiri oleh lebih dari 50 tamu. Trump duduk di meja utama bersama Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat, Pangeran Khalid Ben Salman, dan Duta Besar Yordania, Dina Kawar.

Baca: Presiden Trump Akhiri Tradisi Buka Puasa Bersama di Gedung Putih

Selain Arab Saudi dan Yordania, tampak pula Duta Besar dari Mesir, Tunisia, Irak, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Maroko, Aljazair, dan Libya.

"Untuk anda dan untuk para umat muslim di seluruh dunia: Ramadhan Mubarak. Malam ini, kami berterimakasih atas ikatan persahabatan dan kerjasama yang telah kami bangun bersama para mitra yang terhormat dari seluruh Timur Tengah," kata Trump dalam acara tersebut.

Presiden Donald Trump. REUTERS/Kevin Lamarque

Buka puasa bersama telah menjadi agenda rutin dalam kegiatan di Gedung Putih, bersama dengan acara keagamaan lain seperti sarapan doa dalam tradisi Kristen dan passover seder dalam tradisi Yahudi.

Pada tahun-tahun sebelumnya, iftar di Gedung Putih tidak hanya mengundang para diplomat, namun juga komunitas muslim dari masyarakat sipil, termasuk para perusahaan, kaum cendikiawan, aktivis dan atlet yang beragama Islam. Sayang, undangan buka puasa bersama Trump ini tidak ditanggapi antusias oleh komunitas muslim Amerika Serikat. 

Baca: Trump Adakan Buka Puasa Bersama, Muslim Amerika Tak Antusias

Trump yang sering menyerukan pidato-pidato kontroversial bernada anti-muslim, tidak menggelar acara serupa dalam tahun pertamanya sebagai presiden Ramadhan tahun lalu. Sebelum acara iftar tersebut dilaksanakan, beberapa kelompok muslim di Amerika mengatakan bahwa mereka enggan untuk berpartisipasi dalam acara tersebut.

"Kami tidak membutuhkan acara buka puasa bersama," kata Imam Yahya Hendi, ulama muslim di Universitas Georgetown. "Sebaliknya, kami membutuhkan rasa hormat yang memang layak untuk kami. Jangan memberi kami makan lalu menusuk kami," tegasnya.

Banyak muslim di Amerika menduga bahwa acara buka puasa bersama ini hanyalah strategi politik Trump untuk menenangkan sekutu luar negeri Amerika Serikat, terutama di negara-negara Timur Tengah. Menurut mereka, Trump tidak benar-benar ingin memperbaiki hubungan dengan komunitas muslim, dimana Trump sebenarnya memiliki masalah.

STRAIT TIMES | CNN | RYAN DWIKY ANGGRIAWAN