Ramadan di Tengah Dentuman Bom Perang di Yaman

Suasana kamp pengungsian untuk korban perang di dekat Aden, Yaman, 27 Mei 2018. REUTERS/Fawaz Salman
Suasana kamp pengungsian untuk korban perang di dekat Aden, Yaman, 27 Mei 2018. REUTERS/Fawaz Salman

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang kepala keluarga tampak memimpin doa bersama melingkari iftar, makanan berbuka puasa Ramadan. Lalu, Hisham Mohamed Saleh berjanji kepada anak-anaknya akan memperlakukan mereka dengan manis dan memberikan sejumput permen setelah berbuka. Namun kondisi itu rasanya mustahil dipenuhi Hisham karena harga barang meroket akibat inflasi yang disulut perang di Yaman.

Baca: Cerita dari Yaman: Ibu Hamil Tahan Lapar Demi Anak

Selama tiga tahun, pemberontak Houthi yang didukung Iran mengepung kota terbesar kedua di Yaman, Taiz. Pengepungan ini membuat lebih dari 200 ribu penduduk sipil, termasuk keluarga Hisham, dalam kondisi bahaya.Sejumlah anak-anak bermain diatas mobil yang sudah tidak terpakai saat berada di kamp pengungsian untuk korban perang di dekat Aden, Yaman, 27 Mei 2018. REUTERS/Fawaz Salman

Perang di Yaman mengakibatkan hampir semua kota di negeri itu dihantam kemiskinan. Sejumlah laporan media menyebutkan warga kekurangan makanan dan air bersih. Bahkan rumah sakit harus berjuang tetap berfungsi kendati pasokan alat medis sangat minim.

"Meskipun kota kami terkepung dan situasinya sulit, Ramadan selalu mendatangkan suasana bahagia," kata Hisham, ayah tiga anak, kepada Al Jazeera. "Kami bahagia di bulan Ramadan. Begitu juga anak-anak. Walaupun bom terus berjatuhan di jalan-jalan."Seorang pria beristirahat diluar tenda tempat tinggalnya bersama anak-anaknya di kamp pengungsian untuk korban perang di dekat Aden, Yaman, 27 Mei 2018. REUTERS/Fawaz Salman

Bulan suci Ramadan selalu dilalui dengan sukacita dan proses peningkatan spiritual umat Islam di seluruh dunia. Mereka senantiasa menyediakan makanan spesial dan kudapan lezat ketika magrib tiba.

Baca: Jet Arab Saudi Gempur Pesta Perkawinan di Yaman, 20 Orang Tewas

Namun, bagi sekitar 75 persen dari semua warga Yaman atau lebih-kurang 22 juta orang, kondisi di negerinya dirasakan sangat perih. Mereka membutuhkan bantuan. Sedangkan tujuh juta lain dihadapkan pada ancaman kelaparan. Hisham berharap Ramadan tahun ini akan ada gencatan senjata dan dapat menyelamatkan ribuan orang dari kematian.