Warga Bogor Diimbau Selektif Pilih Menu Buka Puasa

Reporter

Editor

Suseno

Menyeruput Tutut
Menyeruput Tutut

TEMPO.CO, Bogor - Kepala Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor dr Oki Kurniawan mengimbau masyarakat untuk selektif memilih menu buka puasa. Imbauan ini ia sampaikan agar peristiwa keracunan massal yang terjadi di Kampung Sawah, Kelurahan Tanah Baru, tidak terulang lagi. "Ini menjadi pembelajaran masyarakat agar lebih selektif memilih menu berbuka," kata Oki Kurniawan, Senin, 28 Mei 2018.

Oki mengajak masyarakat tidak memilih menu makanan yang berisiko, seperti hidangan tutut atau keong sawah. Menurut dia, belum diketahui, memakan tutut merupakan sesuatu yang dihalalkan atau diharamkan bagi muslim mengingat hewan tersebut hidup di dua alam. "Apakah tutut beracun atau tidak, kami juga tidak tahu. Katanya sih enak," ucapnya.

Oki berujar, masyarakat harus mengetahui bahwa tidak semua makanan yang enak itu identik dengan baik dikonsumsi. Khusus untuk masyarakat yang menjadi pasien keracunan, pasca-penyembuhan, mereka diingatkan untuk selektif memilih makanan. "Dalam pengolahan makanan perlu memperhatikan sanitasi dan kehigienisan yang menjadi syarat makanan itu aman dikonsumsi," tuturnya.

Selama Ramadan ini, pasien keracunan dapat makan dan minum seperti biasa, hanya harus menghindari makanan yang berisiko mengganggu kesehatan, seperti kopi serta makanan asam dan pedas. "Kalau bisa, sebulan ini jangan dulu makan tutut, khusus untuk warga Tanah Baru," katanya.

Pelarangan ini bertujuan mencegah terjadinya peristiwa serupa mengingat saat ini masih ditelusuri penyebab pasti keracunan yang dialami warga, apakah dari sumber tututnya, cara pengolahan yang tidak memenuhi syarat higienis dan sanitasi, atau sumber air yang digunakan untuk memasak dan membersihkannya. "Kami juga tidak tahu, apakah ada pengaruhnya jika tutut yang tidak laku dijual diolah lagi dengan tutut baru akan memberi efek," ucap Oki.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, lebih dari 85 warga Kampung Sawah keracunan hidangan tutut yang dihidangkan untuk buka puasa. Mereka terpaksa dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapat pengobatan. Dibutuhkan waktu dua-tiga hari untuk memulihkan kondisi kesehatan warga dengan memberikan cairan infus serta obat-obatan seperti antasida/norit, antimuntah, dan antibiotik.