Selama Ramadan, Ponpes di Lebak Gelar Pengajian Kitab Kuning

Reporter

Sejumlah santri mengaji Kitab Kuning di komplek Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, 30 Mei 2017. Kitab ini dijuluki kitab gundul karena tidak memiliki tanda baca harakat seperti kitab Al-Qur'an. ANTARA/Zabur Karuru
Sejumlah santri mengaji Kitab Kuning di komplek Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, 30 Mei 2017. Kitab ini dijuluki kitab gundul karena tidak memiliki tanda baca harakat seperti kitab Al-Qur'an. ANTARA/Zabur Karuru

TEMPO.CO, Lebak - Para santri di sejumlah pondok pesantren di Kabupaten Lebak, Banten, mendalami dan melakukan kajian kitab kuning selama Ramadan.

"Pengkajian untuk memperdalam kajian kitab kuning sudah menjadikan tradisi selama bulan Ramadan," kata Pimpinan Pondok Pesantren Assayfiyah Rangkasbitung, Deden Alfiansari di Lebak pada Sabtu, 26 Mei 2018.

Para santri yang memperdalam kitab kuning itu datang dari berbagai daerah di wilayah Kabupaten Lebak. Adapula yang datang dari DKI Jakarta.

Baca: Klinik Ini Gratiskan Biaya Berobat, Syaratnya Baca Al Quran 1 Juz

Pengajian khusus kitab kuning tersebut dilakukan dengan metode coretan menggunakan tinta untuk memaknai isi kitab itu. Kitab kuning atau kitab gundul itu huruf-hurufnya belum memiliki tanda baca dhommah, fathah dan kasrah.

Selain itu, makna harfiah bisa berubah dan perlu pengkajian khusus serta diskusi sehingga mereka memiliki kompetensi di bidang pengetahuan agama Islam. Metode pengajian khusus itu setelah kiai atau ulama menyampaikan kajian kitab kuning kepada santri atau peserta didiknya.

Adapun pengkajian kitab kuning itu antara lain mengenai ilmu Fiqih, Akidah, Tasawuf, Ibadah, Muamalah dan Tafsir Al Quran. Sedangkan pendalaman ilmu Fiqih antara lain mengkaji kitab Fathul Muin, Tasawuf kitab Nasuhaibad, Tafsir Al Quran kitab Jalalain, dan ilmu kalimat bahasa Arab kitab Alfiyah dan Nahu.

Baca: Tarawih Akbar di Masjid Istiqlal Malam Ini, Dijaga 300 Polisi

"Kami berharap pengkajian kitab kuning diharapkan santri mampu membaca kitab gundul dengan benar juga memaknainya," kata Deden.

Ahmad Yadi, seorang santri yang datang dari DKI Jakarta mengaku bahwa dirinya setiap bulan Ramadan mengikuti pengajian khusus kitab kuning di ponpes ini. Apalagi dia juga lulusan di ponpes tersebut. "Kami berharap pengajian kitab kuning selama Ramadhan dapat meningkatkan keilmuan di bidang agama Islam," katanya.

Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lebak Encep Muhyi menyebutkan pengajian kitab kuning pada bulan suci Ramadan kebanyakan diselenggarakan oleh ponpes tradisional atau salafi. Saat ini, tercatat ada 1.122 ponpes dengan sistem pembelajaran salafi dan modern di Kabupaten Lebak. "Hampir semua desa di Lebak memiliki ponpes sehingga mendukung program pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa," kata dia.