Menjelang Lebaran, Penjual Pakaian Bekas Menjamur di Jambi

Warga memilih jenis pakaian bekas yang dijual di Pasar Cakar Cidu, Makassar, 26 Juni 2016. Tak hanya pakaian baru, warga juga mencari pakaian bekas yang layak pakai untuk menyambut hari raya Idul Fitri 1437 H. TEMPO/Fahmi Ali
Warga memilih jenis pakaian bekas yang dijual di Pasar Cakar Cidu, Makassar, 26 Juni 2016. Tak hanya pakaian baru, warga juga mencari pakaian bekas yang layak pakai untuk menyambut hari raya Idul Fitri 1437 H. TEMPO/Fahmi Ali

TEMPO.CO, Jambi - Menjelang Hari Raya Idul Fitri dan saat Ramadan, penjual pakaian bekas dan minuman kaleng berbagai merek asal luar negeri menjamur di setiap sudut Kota Jambi dan ibu kota kabupaten yang ada di Provinsi Jambi.

Pakaian bekas dan minuman kaleng dari luar negeri tersebut diduga masuk melalui jalur laut Pantai Timur Sumatera, terutama wilayah Provinsi Jambi. Kapal-kapal pengangkut barang tersebut bersandar leluasa, baik melalui pelabuhan resmi di Kualatungkal maupun pelabuhan gelap-pelabuhan tikus di sepanjang pantai, Sungai Batanghari, Sungai Pangabuan, dan anak sungai lainnya.

Baca: Awal Ramadan, Omzet PT Pegadaian Naik 10 Persen

Berdasarkan pantauan Tempo pada Jumat, 25 Mei 2018, pakaian bekas dijual bebas di ruko-ruko pinggir jalan hampir di setiap sudut Kota Jambi. Penjualan pakaian bekas ini sudah berlangsung cukup lama, diperkirakan lebih dari 20 tahun lalu. Sebenarnya praktik jual-beli ini sempat berkurang sejak adanya larangan dari pemerintah. Namun dua tahun terakhir kembali marak tidak hanya menjelang Lebaran.

Salah satu tempat yang ramai adalah di sepanjang Jalan Wonogiri, Kota Jambi. Tidak kurang 20 unit ruko menjual pakaian bekas. Begitu juga di pasar tradisional Angsoduo. Menurut para penjual barang bekas itu, mereka mendapat stok barang dari pihak yang disebut orang kapal.

Baca: Selama Ramadan, Pemkot Depok Pantau Harga Daging di Pasar Modern

"Kami mendapat barang bekas ini cukup gampang melalui yang kami sebut dengan orang kapal, seharga Rp 3 juta-Rp 5 juta per karung (bal) ukuran besar," kata salah seorang penjual di kawasan pasar Angsoduo, Kota Jambi, yang enggan disebut namanya.

Beda halnya dengan minuman kaleng berbagai merek yang disebut rata-rata berasal dari Malaysia. Produk tersebut dijual hampir di setiap toko dan swalayan yang ada di Kota Jambi dan sekitarnya menjelang perayaan Lebaran.

Salah seorang pemilik toko di kawasan Jelutung, Kota Jambi, berinisial AL, yang menjual minuman kaleng, mengakui mereka mendapat dari agen khusus di Kota Jambi. "Kami dengan gampang mendapatkan minuman ini, karena setelah dipesan, langsung antar alamat, tapi banyaknya menjelang Lebaran saja," katanya.

Baca: Ramadan, Penjualan Properti Kelas Menengah Bawah Menurun karena..

Para pedagang menjual minuman kaleng tersebut setiap dusnya dengan jumlah 40 kaleng. Harganya bervariasi, mulai Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. Minuman kaleng itu tidak hanya dijual di kawasan Provinsi Jambi, tapi dikirim dari Jambi ke daerah provinsi tetangga, seperti Sumatera Selatan dan Bengkulu.

Kepala Seksi Penindakan dan Penyidikan Kantor Bea Cukai Jambi Teddy Wijaya Kusuma menyatakan pihaknya tidak tahu jika barang-barang tersebut diangkut langsung dari luar negeri.

"Tolong kasih informasi, Mas, mereka menggunakan kapal apa dan merapatnya di pelabuhan mana. Kami hanya tahu kalau barang-barang itu diangkut ke Jambi dari provinsi lain di Indonesia. Jadi sifatnya antarpulau," ujar Teddy kepada Tempo.

Baca: Bank Mandiri Siapkan Uang Tunai Ramadan Rp 57,26 Triliun