Warga Palestina di Yerusalem Tolak Makanan Ramadan dari UEA

Kaum muslim Palestina berbuka puasa bersama dekat Dome of the Rock, kompleks Masjidil Aqsa, Jerusalem, (22/7).  REUTERS/Ammar Awad
Kaum muslim Palestina berbuka puasa bersama dekat Dome of the Rock, kompleks Masjidil Aqsa, Jerusalem, (22/7). REUTERS/Ammar Awad

TEMPO.CO, Jakarta - Warga Palestina di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, menolak makanan Ramadan yang disediakan Uni Emirat Arab. Aktivis Palestina di Yerusalem meluncurkan hashtag di Twitter #wearenothungry sebagai penolakan terhadap makanan Ramadan yang disediakan oleh UEA bagi pengunjung ke Masjid Al-Aqsa, seperti dilansir dari Middle East Monitor, 21 Mei 2018.

Mereka berpendapat bahwa negara teluk telah mendukung pendudukan Israel di Palestina, dan mengirim tim balap sepeda untuk berpartisipasi dalam lomba sepeda Giro d’Italia internasional yang melewati Yerusalem yang diduduki pada ulang tahun ke-70 Nakba.

Baca: Inggris Salahkan Amerika Serikat Pindahkan Kedutaan ke Yerusalem

Komite Olimpiade Palestina telah mengutuk partisipasi pengendara Uni Emirat Arab dalam perlombaan. Partisipasi semacam itu dinilai menodai perjuangan besar rakyat Palestina.

Menurut media Israel, normalisasi hubungan antara Israel dan Uni Emirat Arab sedemikian rupa sehingga Menteri Komunikasi Ayoob Kara telah menerima undangan resmi untuk mengunjungi Emirates. Menteri Israel menambahkan bahwa dia juga mengharapkan para pejabat negara Teluk segera mengunjungi Israel.

Kubah Dome of the Rock di kompleks Masjidil Aqsa, Jerusalem, 25 Juli 2017. Israel akhirnya membongkar pedeteksi logam yang dipasang di Masjidil Aqsa. AP/Oded Balilty

Baca: Demi Yerusalem, Maroko Tunda Rencana Kota Kembar Dengan Guatemala

Dikabarkan sebelumnya diplomat Uni Emirat Arab dan Bahrain, Yousef Al-Otaiba dan Abdullah Bin Rashed Al-Khalifa, telah bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di sebuah restoran di Washington.

Bahrain juga mengirim tim untuk ambil bagian dalam acara Giro d'Italia. Pemerintah Bahrain mengirim delegasi ke Israel dan melakukan tur "provokatif" di Yerusalem, beberapa hari setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel pada Desember lalu. Mengomentari pengumuman Trump, Menteri Luar Negeri Bahrain menyebutnya sebagai masalah kecil.

"Tidak berguna untuk terlibat dalam pertempuran dengan Amerika Serikat pada isu-isu kecil," tulis menteri luar negeri Bahrain di Twitter.

Baca: Presiden Palestina Dilarikan ke Rumah Sakit

Sementara Kementerian Luar Negeri Israel menolak keputusan Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk membentuk komisi penyelidikan atas banyaknya korban tewas dalam demonstrasi peringatan Nakba di perbatasan Gaza. 

Menurut Hamas, penolakan Israel untuk membentuk komisi penyelidikan internasional terhadap pembantaian warga Palestina di Gaza baru-baru ini adalah bukti keterlibatan Israel dalam kejahatan perang.

Seorang juru bicara untuk gerakan Hamas, Abdullatif Al-Qanoua, mengatakan dalam sebuah pernyataan pers singkat bahwa penolakan pendudukan untuk membentuk komite menekankan kebrutalan dan ketekunannya dalam meneror dan membunuh warga Palestina serta mencemooh PBB dan lembaga internasional dan mengabaikan keputusan.