Banyak Minum Waktu Sahur, Efektifkah?

Antara Air Putih dan Minuman Isotonik
Antara Air Putih dan Minuman Isotonik

TEMPO.CO, Jakarta - Saat sahur kita disarankan untuk tidak hanya memperoleh asupan air karena tubuh hanya akan terhidrasi untuk waktu yang singkat. Berbuka puasa dan sahur memang merupakan dua waktu penting selama Ramadan, karena perlu mengisi kembali tubuh dengan makanan sehat untuk melanjutkan puasa keesokan harinya. Namun, beberapa orang mungkin terlalu malas dan melewatkan sahur setelah makan besar waktu berbuka, dan akhirnya memilih untuk minum sebanyak-banyaknya supaya tubuh cukup asupan air agar bisa tahan puasa seharian.

Seorang petugas kesehatan di Kotamadya Dubai menjelaskan meskipun sulit untuk bangun sahur, itu tidak boleh menjadi alasan untuk tidak menyiapkan makanan yang sehat saat sahur.

“Minum lebih banyak air tidak berarti bahwa Anda akan lebih terhidrasi, karena hanya akan memberikan manfaat jangka pendek,” kata Shugufta M. Zubair, petugas kesadaran keamanan pangan di Dubai, seperti dilansir Gulfnews.

"Tentu saja air tidak berbahaya, dan itu baik untuk tubuh, tetapi orang-orang tidak boleh melupakan tentang pentingnya sahur," tambah Zubair.

Baca: Dokter Ungkap Waktu Minum Obat Hipertensi yang Tepat Saat Ramadan

Orang yang berpuasa disarankan untuk memanfaatkan sahur dengan memperhatikan porsi seimbang karbohidrat, protein dan sayuran, yang harus disertai dengan produk susu atau susu. Karbohidrat, memberi energi dan memiliki manfaat penting dalam diet, selain itu saat puasa harus mendapat asupan makanan yang terdiri dari sepertiga karbohidrat, sepertiga protein dan sepertiga sayuran. Protein digunakan dalam pengaturan jaringan dan organ tubuh, sementara produk susu banyak mengandung kalsium, kalium, vitamin D, dan protein.

Baca: Plus Minus Puasa Bagi Penderita Maag, Cek Penjelasan Dokter Ini

Ilustrasi makan sahur. INDRANIL MUKHERJEE/AFP/Getty Images

Baca: Puasa: Intip Pola Makan Buka dan Sahur yang Benar dari Ahli Gizi


Kita juga harus berhati-hati ketika menangani dan menyiapkan makanan, karena kurangnya kebersihan dapat menyebabkan bakteri salmonella atau E.coli.

"Beberapa orang memasak di malam hari dan meninggalkan makanan selama lebih dari dua jam, yang menyebabkan bakteri tumbuh," kata Zubair.

"Telur, terutama karena panas musim panas, seharusnya jangan disimpan untuk waktu yang lama dan kuning telurnya harus dimasak segera," tambahnya.

Ada beberapa hal kecil namun sangat penting untuk menjaga makanan, seperti:

  • Selalu mencuci tangan sebelum memasak atau makan; membersihkan ala memasak
  • Jauhkan makanan mentah dari makanan yang telah dimasak; jika menyimpan makanan beku usahakan mencairkan di air dingin yang mengalir
  • Memasak makanan dengan suhu yang tepat seperti daging dan makanan laut pada suhu 63 derajat celcius, ayam minimal pada suhu 74 derajat celcius, daging sapi minimal 77 derajat celcius, dan unggas pada 82 derajat celcius
  • Masak putih dan kuning telur sampai benar-benar matang.

Sementara itu ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan diantaranya:

  • jangan pernah membiarkan makanan matang selama lebih dari dua jam setelah dimasak
  • simpan makanan yang mudah basi atau rusak di dalam wadah
  • jauhkan bahan makanan beku yang dicairkan dengan yang tidak untuk mengurangi resiko terkontaminasi.