Bulan Ramadan, Pertamina Minta Penimbun Elpiji Melon Dirazia

Petugas menurunkan gas 3 kg saat Operasi pasar (OP) gas elpiji 3 kg di Cimahi, Jawa Barat, 5 Maret 2015. Langkanya gas elpiji 3 kg menyebabkan harga melonjak di pasaran, warga pun menyerbu Operasi pasar (OP) gas elpiji 3 kg yang disebar di tiap kelurahan di Kota Cimahi. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Petugas menurunkan gas 3 kg saat Operasi pasar (OP) gas elpiji 3 kg di Cimahi, Jawa Barat, 5 Maret 2015. Langkanya gas elpiji 3 kg menyebabkan harga melonjak di pasaran, warga pun menyerbu Operasi pasar (OP) gas elpiji 3 kg yang disebar di tiap kelurahan di Kota Cimahi. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.CO, Trenggalek - PT Pertamina (Persero) meminta pemerintah daerah merazia pelaku penimbunan tabung elpiji bersubsidi ukuran tiga kilogram. Pasalnya, meski pasokan elpiji ditambah di bulan Ramadan ini, namun kelangkaan masih terjadi di tingkat pengecer.

Officer Communication & CSR Pertamina Jatimbalinus, Eddie Mangun mengatakan kelangkaan elpiji yang terjadi di sejumlah daerah seperti Trenggalek dan Tulungagung bukan karena keterbatasan pasokan. “Kami justru menambah pasokan selama bulan Ramadan di tingkat agen dan pangkalan,” kata Eddie Mangun kepada Tempo, Jumat 18 Mei 2018.

Baca: Ramadan, PLN Tawarkan Promo Diskon Penambahan Daya Listrik

Eddie menduga kelangkaan yang dialami masyarakat karena ulah spekulan yang ingin mengambil untung. Dengan dalih pasokan terbatas atau bahkan dikurangi oleh Pertamina, para spekulan bisa mematok harga tinggi untuk tiap tabung melon yang dijual.  

Pertamina, kata Eddie, menegaskan tak pernah melakukan pengurangan pasokan elpiji. Menurut Eddie, pasokan pada bulan Mei kepada agen di Kabupaten Trenggalek mencapai 409.920 tabung. Jumlah tersebut meningkat sebanyak 30.800 tabung dari pasokan biasanya. “Pada tanggal 1 Mei kami menambah 9.520 tabung, dan tanggal 10 Mei ditambah lagi 21.280 tabung,” ujarnya.

Dengan penambahan ini, seharusnya masyarakat tak kesulitan untuk mendapatkan tabung elpiji bersubsidi. Apalagi penambahan pasokan yang dilakukan Pertamina menjelang ramadhan cukup besar. Eddie meminta aparat penegak hukum di daerah berperan mengawasi potensi penyimpangan distribusi elpiji agar tak menimbulkan keresahan masyarakat.

Sementara itu meski Pertamina mengaku telah menambah pasokan, namun masyarakat masih kesulitan mendapatkan tabung melon tersebut. Kalaupun ada, harganya sudah melebihi kewajaran yakni Rp 22.000 – 23.000 per tabung ukuran tiga kilogram. “Padahal biasanya harga di pengecer Rp 17.500 – 18.000,” kata Rina Agustinus, ibu rumah tangga.

Kelangkaan elpiji ini sempat membuat jajaran Kepolisian Resor Trenggalek turun tangan. Polisi memeriksa pasokan elpiji di tiap agen dan pangkalan yang memiliki stok berlebih. Hal ini untuk mengantisipasi aksi borong dan penimbunan yang mereka lakukan selama bulan Ramadhan.

Kelangkaan serupa juga masih dirasakan masyarakat di Tulungagung. Beberapa warga mengaku mendapatkan dari pengecer jauh dari lingkungan tempat tinggal mereka. Mereka mengaku tak mempersoalkan mahalnya harga asalkan ketersediaannya cukup banyak.

Pantauan di lapangan selama bulan Ramadan ini menunjukkan kelangkaan tabung melon tak terjadi di semua daerah. Kawasan Kota Kediri bahkan tak kesulitan mendapatkan tabung elpiji subsidi ukuran tiga kilogram. Kondisi yang stabil ini diharapkan bisa tetap terjaga hingga memasuki lebaran mendatang. “Jangan sampai tabung disini ikut dilarikan ke Tulungagung atau Trenggalek untuk mencari untung,” harap Zahnia, warga Kota Kediri.