Puasa Ramadan di New York, AS, Selama 18 Jam

Ali Mochtar Ngabalin. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Ali Mochtar Ngabalin. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta - Bagi umat muslim di Indonesia yang sedang berpuasa, mereka boleh lega karena masa berpuasanya hanya 14 jam. Bandingkan dengan muslim di New York, Amerika Serikat, mereka harus menahan lapar dan dahaga selama 18 jam. Namun hal itu tidak menghalangi mereka berpuasa. Cerita itu sampaikan Ali Mocthar Ngabalin, Ketua Umum PP Bakomubin (Badan Koordinasi Muballigh se-Indonesia), kepada Tempo, Jumat, 18 Mei 2018.

"Kami, umat muslim yang sedang berpuasa di New York, harus menjalaninya lebih lama daripada di tanah air. Kamis harus berpuasa selama 18 jam," kata Ali melalui sambungan telepon dari New York City.

Baca: Menjelang Ramadan, Menlu Amerika Serikat Ucapkan Selamat Berpuasa

Ali Mochtar Ngabalin bersama sebagian umat muslim Indonesia di New York City, Amerika Serikat, Rabu, 16 Mei 2018. [Masyito Bakkidu]

Menurutnya, umat muslim di New York makan sahur pada pukul 03.30 waktu setempat dilanjutkan dengan salat subuh. Sedangkan untuk berbuka puasa pada pukul 20.10 waktu setempat. "Hitung sendiri, berapa lama kami berpuasa di New York? Sekitar 18 jam kan," ujar Ali.

Dia menambahkan, meskipun membutuhkan waktu lebih lama namun hal itu tidak terlalu berpengaruh terhadap fisik dan mental umat muslim di sini. "Suhu di New York berkisar 18-20 derajat celsius. Terasa dingin menusuk tulang." ujarnya.

Selain itu, jelas Ali, masyarakat di New York sangat toleran. Kendati mereka bukan muslim, terdiri dari kaum Yahudi, Nasrani atau mungkin tak beragama, penghormatan mereka terhadap umat muslim yang sedang berpuasa sangat tinggi. Ali Mochtar Ngabalin bersama sebagian umat muslim Indonesia di New York City, Amerika Serikat, Rabu, 16 Mei 2018. [Masyito Bakkidu]

"Hal itu menambah semangat kami untuk berpuasa. Mereka tidak mencai maki atau menghalangi umat Islam beribadah puasa atau menjalankan salat. Hanya saja pengeras suara masjid di sini harus menghadap ke dalam masjid, tidak dihadapkan ke luar seperti di Indonesia."

"Pemerintah Amerika Serikat juga memberikan kebebasan bagi umat Islam di sini untuk beribadah. Saya memandang hal ini sebagai sebuah sikap luar biasa, jauh dari ingar bingar isu terorisme yang terjadi di beberapa kota di Indonesia," jelasnya.

Lihat foto: Suasana Jelang Ramadhan di Mancanegara

Ali berada di New York untuk mengisi pengajian dan ceramah agama pekan pertama Ramadan di komunitas muslim Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat. Ceramah tersebut dilakukan di Masjid Al Hikmah, New York, Deleware dan Philadelphia.

"Saya juga sangat terkesan ketika berceramah di depan jamaah masjid di Delaware, salah satu negara bagian di Amerika Serikat. Jamaahnya terdiri dari berbagai warga negara asing Maroko, Tunisia, Yordania, Sudan, Amerika Serikat dan keturunan Afrika-Amerika," ucap Ali. Untuk berceramah, Ali menggunakan dua bahasa Arab dan Inggris. "Sekali-kali pakai bahasa Indonesia."