Ramadan, Pengungsi Rohingya Takut Tak Ada untuk Sahur dan Buka

Sejumlah pengungsi Rohingya membangun kembali rumah darurat mereka, sebagai persiapan untuk mendekati musim hujan di kamp pengungsi Kutupalong Rohingya di Kutupalong, Bangladesh, 28 April 2018. (AP Photo/A.M. Ahad)
Sejumlah pengungsi Rohingya membangun kembali rumah darurat mereka, sebagai persiapan untuk mendekati musim hujan di kamp pengungsi Kutupalong Rohingya di Kutupalong, Bangladesh, 28 April 2018. (AP Photo/A.M. Ahad)

TEMPO.CO, Jakarta - Selama Ramadan, pengungsi muslim Rohingya takut tak mendapatkan pasokan makanan untuk buka puasa dan sahur di kamp pengungsi Cox's Bazar, Bangladesh.

Salah satu pengungsi Rohingya yang ketakutan itu bernama Imtiaz Fatema. Dia berada di kamp pengungsi sejak meninggalkan Myanmar akibat kerusuhan tahun lalu. "Ramadan kali ini menjadi sebuah periode ketidakpastian bagi Fatema," tulis WioNews, Selasa, 15 Mei 2018.

Baca: Pengungsi Rohingya Tiba di Myanmar, Rombongan Berikutnya Menyusul

Pengungsi Rohingya berusaha menuju kamp pengungsian saat ditahan oleh Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) setelah secara ilegal melintasi perbatasan di Teknaf, Bangladesh, 31 Agustus 2017. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

Fatema tinggal di bangunan dari bilik bambu, beralaskan tanah dan plastik bersama ribuan pengungsi lainnya. Sebelum menjadi pengungsi di Bangladesh, Fatema mengaku bekerja di Myanmar dan bisa membeli kebutuhan keluarganya.

"Selama Ramadan, kami memiliki makanan enak dan renyah di sana (Myanmar). Kami bisa berbuka puasa bersama," ucapnya.

Kini, sejak dia bersama keluarganya menjadi pengungsi, semua keindahan dan nikmatnya berpuasa Ramadan seperti yang dirasakan di Myanmar lenyap. Dia dan keluarganya mengandalkan bantuan makanan yang disalurkan oleh lembaga donor. "Kami memasak makanan hampir semuanya berupa beras dan garam yang dimasak di atas pot di depan kamp pengungsi."Pria Rohingya berjalan dengan seorang anak di antara kamp pengungsi Kutupalong di Maynar Guna, dekat Cox's Bazar, Bangladesh, 7 April 2018. Kamp di Bangladesh menampung ribuan pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar. Arif Hüdaverdi Yaman/Anadolu

Ramadan, bulan suci dalam kalender Islam ditandai dengan berpuasa selama sebulan, selanjutnya diakhiri dengan lebaran dan saling berkunjung kepada sanak saudara. Ketika matahari terbenam, muslim di seluruh dunia akan melakukan iftar atau berbuka puasa setelah sejak subuh menahan lapar dan haus.

Lihat video: Begini Pengungsi Rohingya Sahur dan Berbuka Puasa

"Kami hanya berpikir, bagaimana caranya kami bisa membeli makanan untuk iftar dan makan sahur. Kami tidak mempunyai apa-apa, kami butuh bantuan," ujar Fatema.

Ramadan akan dimulai pada Kamis, 17 Mei 2018, mereka akan salat tarawih dan makan sahur malam ini. Menurut PBB dan kelompok hak asasi manusia, sekitar 700 ribu warga Rohingya berada di Banglades untuk mencari perlindungan akibat serangan dari milisi dan militer Myanmar tahun lalu.