Pajak-pajak, Tradisi Masyarakat Sumbar Menyambut Ramadan

Reporter

Editor

Suseno

Masyarakat makan bersama dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan yang disebut dengan tradisi pajak-pajak. Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Nagari Pangian, Kecamatan Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Antaranews.com/Syahrul R.
Masyarakat makan bersama dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan yang disebut dengan tradisi pajak-pajak. Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Nagari Pangian, Kecamatan Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Antaranews.com/Syahrul R.

TEMPO.CO, Sumatera Barat - Masyarakat Pangian di Kecamatan Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, menyambut bulan Ramadan dengan tradisi pajak-pajak. Pajak-pajak adalah tradisi makan bersama yang diikuti oleh seluruh elemen masyarakat menjelang bulan puasa.  

"Tradisi makan-makan dekat sungai atau kebun yang bertujuan untuk meningkatkan silaturahmi serta bermaaf-maafan" kata Arfianto Datuak Tan Kayo, tokoh masyarakat setempat, di Batusangkar, Sabtu, 12 Mei 2018. Tradisi ini memang selalu digelar dekat sumber air agar masyarakat bisa langsung membersihkan diri setelah makan-makan.

Dalam pelaksanaan tradisi ini, setiap penduduk memiliki peran masing-masing. Kaum pria bertugas mencari ikan di sungai yang kemudian dimasih oleh kaum perempuan, Sedangkan anak-anak mencari kayu bakar untuk memasak.

"Tidak butuh dana yang besar untuk tradisi ini, setiap peserta patungan membawa beras dan alat untuk memasak, dari sini rasa kebersamaan muncul dan juga sikap gotong royong, itu makna sebenarnya selain mempererat silaturahmi," kata Arfianto.

Akademisi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi Dr. Gazali menjelaskan pada dasarnya tidak ada penjelasan mengenai ritual ataupun tradisi menyambut bulan Ramadan seperti balimau dalam ajaran Islam. Namun pelaksanaan tradisi tidak salah selama tidak melanggar syariat Islam. Apalagi tujuannya baik, yaitu mempererat  tali persaudaraan.