Cerita Mahasiswa Katolik 'Nyantri' di Pesantren  

Ilustrasi mengaji Kitab Kuning. ANTARA/Rudi Mulya
Ilustrasi mengaji Kitab Kuning. ANTARA/Rudi Mulya

TEMPO.CO, Malang - Bulan puasa dimanfaatkan mahasiswa non-muslim untuk mengerti dan mengenal agama Islam. Sembilan mahasiswa non-muslim menginap selama dua malam di Pesantren Sabilurrosyad, Malang. Dialog lintas iman ini awalnya merupakan program pengembangan karakter Universitas Ma Chung bernama OBOR (Orientation Based On Reflection).

"Agar memahami dan membangun kerukunan antar-umat beragama," kata peserta dialog mahasiswa Universitas Machung Malang, Yofranny Winardi, Kamis, 16 Juli 2015. Sore hari usai salat Asar, dia meriung di masjid pesantren. Ia duduk bersila berbaur dengan santri lainnya mendengarkan pengajian rutin yang diasuh salah satu kiai. 

Baca juga:

Budi Waseso Dinilai Sudutkan Syafii, Muhammadiyah Dihina?
Ribut Polisi Vs KY, Buya Syafii: Negara Gali Kubur Sendir

Mereka menyimak dengan seksama meski kurang memahami bahasa Jawa yang menjadi pengantar kiai dalam pengajian. "Pak Kiai soalnya memakai bahasa Jawa untuk menerjemahkan kitab berbahasa Arab, sehingga kami hanya bisa lihat-lihat karena tidak seberapa paham,” katanya. Meski tak mengerti kitab berbahasa Arab, mereka mulai memahami ajaran islam yang diinformasikan oleh santri-santri. 

Pengajian dilakukan sampai waktu berbuka puasa dan ditutup dengan salat Magrib berjemaah. Mereka ikut makan bersama. Nasi dan lauk ditempatkan dalam satu wadah untuk empat sampai lima santri.

Selama dua hari mereka menginap dan mengikuti aktivitas santri. Bertepatan saat bulan puasa mereka ikut mengaji, sahur, dan buka puasa bersama para santri. Ia mengaku tertarik live in di dalam pesantren untuk lebih mengenal agama Islam.

Sebagai penganut agama Katolik, ia ingin mengetahui agama lain untuk membangun toleransi dan menumbuhkan sikap saling menghargai antar-umat beragama. Belajar bersama santri dengan penuh kesederhanaan dan terbangun kebersamaan. Tidur beralas karpet, satu ruangan diisi delapan orang.

Selanjutnya, membedakan Islam dan terorisme