Ie Bu Peudah, Takjil Ramadan yang Hanya Ada di Aceh Besar

Sejumlah umat muslim melaksanakan salat Tarawih pertama di bulan suci Ramadan, di masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Selasa (9/7). TEMPO/Adi Warsidi
Sejumlah umat muslim melaksanakan salat Tarawih pertama di bulan suci Ramadan, di masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Selasa (9/7). TEMPO/Adi Warsidi

TEMPO.CO, Banda Aceh – Masing-masing daerah punya tradisi kuliner sendiri dalam menyemarakkan Ramadan. Di Kabupaten Aceh Besar,  warga memasak Ie Bu Peudah, makanan jenis bubur nasi pedas, yang merupakan tradisi lama.

“Tradisi memasak Ie Bu Peudah hanya ada di Aceh Besar, tidak ada di daerah lain. Itupun hanya di beberapa desa dan kecamatan,” kata Hasanuddin, juru masak takjil khas itu di Desa Bung Bak Jok, Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar kepada Tempo, saat melihat proses memasak, Kamis 2 Juli 2015.

Dia dan dan empat kawannya sibuk menyiapkan Ie Bu Peudah, usai duhur di samping meunasah desa setempat. Takjil dari beras itu dimasak dalam sebuah kuali besar yang dibuat permanen di atas tungku yang dicor semen. Usai mencuci beras dan mencampurinya dengan bumbu, lalu dituangkan dalam kuali. Lalu mengaduknya terus-menerus, sambil menjaga nyala api.

Hasanuddin terus mengaduk, sementara rekannya yang lain menuangkan air sedikit demi sedikit untuk mematangkan takjil Ramadan itu. Mereka bahu membahu memasak, demi menjaga tradisi ratusan tahun.

“Kami memasaknya sistem piket. Satu hari lima orang pemuda yang bertugas, digilir dari pertama sampai terakhir ramadan. Jika tidak datang, bisa dikenakan denda,” kata Wahid, warga Bung Bak Jok.

Menurutnya, sumber dana untuk memasak Ie Bu Peudah berasal dari hasil tanah desa yang dikerjakan oleh warga. Juga sumbangan lainnya yang diniatkan untuk menyemarakkan Ramadan.

Memasak Ie Bu Peudah memakan waktu dua jam lebih. Usai Ashar, makanan itu siap, anak-anak membawa wadah menuju meunasah untuk mengambilnya, sebagai makanan berbuka. Selebihnya untuk makanan berbuka di meunasah. Juga untuk menjamu para tamu atau musafir yang datang untuk mensyiarkan Islam. “Biasanya ada jamaah tabligh yang datang untuk berbuka.”

Hasanuddin mengatakan, Ie Bu Peudah hanya hanya di masak di bulan Ramadan. Makanan itu unik, karena diolah dari 44 macam jenis tanaman dan dedaunan hutan. Misalnya lada, kunyit, lengkuas, bawang putih, kelapa parut, daun cengkeh dan biji cengkeh, daun sitahe, daun seumalu bate, daun sukun, daun pandan dan aneka lainnya.

Tongkat pengaduknya adalah batang rebung kala, yang punya dapat meninggalkan aroma tersendiri di dalam makanan. Walhasil, aneka rempah yang digunakan membuat rasa takjil itu pedas. “Karenanya disebut Ie Bu Peudah,” kata Hasanuddin.

Rasanya itulah yang diyakini dapat membuat badan segar sepenjang hari di bulan Ramadan. “Tradisi ini telah lama, sejak kakek saya kecil sudah ada,” katanya.

ADI WARSIDI