Ironi Cincau, Banyak Permintaan Produsen Malah Gulung Tikar

Warga membeli aneka takjil khas bulan puasa yang dijajakan pedagang kaki lima di Bandung, Jawa Barat, 19 Juni 2016. Para pedagang ini baru membuka lapaknya sore hari sebelum buka puasa. TEMPO/Prima Mulia
Warga membeli aneka takjil khas bulan puasa yang dijajakan pedagang kaki lima di Bandung, Jawa Barat, 19 Juni 2016. Para pedagang ini baru membuka lapaknya sore hari sebelum buka puasa. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Batu - Produsen cincau di Batu, Jawa Timur, gulung tikar. Produsen ini tertekan oleh harga bahan baku Janggalen yang melonjak meski saat puasa seperti saat ini permintaan cincau meningkat.

"Biasanya bulan puasa menghabiskan bahan baku sampai empat ton," kata pemilik usaha cincau di Tlekung, Junrejo, Kota Batu, Nur Suwandi, Sabtu 4 Juli 2015.

Bahan baku cincau biasa didapatkannya dari berbagai daerah seperti Ponorogo, Pacitan dan Wonogiri di Jawa Tengah. Tapi, Nur menambahkan, bahan baku itu terus merangkak naik sejak dua tahun lalu. Mulai dari harga awal Rp 15 ribu per kilogram, harga Janggalen kini disebutkannya sudah naik hingga Rp 45 ribu per kilogram.

"Bahan baku mahal menjadikan harga jual cincau tak sebanding," kata dia yang memasarkan cincau di Batu dan Malang.

Nur pun mengaku merugi dengan harga jual cincau sekitar Rp 28 ribu per potong. Dia sempat menaikkan harga cincau, namun pasar merespons dan tak laku dipasaran. "Akhirnya kami memilih menghentikan produksi," katanya yang sudah beralih menjadi pemasok pakan ternak.

Keputusan itu bukan hanya berdampak untuk dirinya sendiri. Sebanyak 15 pegawai ikut dirumahkan. Mereka tak lagi memproduksi cincau sepanjang Ramadan ini. "Banyak juga yang kecele memesan cincau," ujarnya. 

EKO WIDIANTO