Ramadan, BPOM Razia Jajanan Berbahaya di Daerah Pinggiran  

Editor

Grace gandhi

Petugas mengumpulkan sampel makanan yang terindikasi menggunakan pengawet berbahaya. Dalam razia tersebut Dinas Kesehatan menemukan bahan makanan jenis cincau, yang digunakan untuk bahan es buah mengandung zat berbahaya seperti borax. Makassar, 22 Juni 2015. TEMPO/Iqbal Lubis
Petugas mengumpulkan sampel makanan yang terindikasi menggunakan pengawet berbahaya. Dalam razia tersebut Dinas Kesehatan menemukan bahan makanan jenis cincau, yang digunakan untuk bahan es buah mengandung zat berbahaya seperti borax. Makassar, 22 Juni 2015. TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO , Jakarta: Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul telah mengusulkan pada Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) DI Yogyakarta melakukan operasi obat dan makanan dengan fokus wilayah berbeda pada Ramadan ini.

“Untuk di ibu kota kabupaten sudah terlalu sering, justru sekarang yang rawan di perbatasan, lantaran makin variatif produknya dengan bahan berbahaya yang sama sehingga susah ditandai,” ujar Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Gunungkidul Sri Purwaningsih kepada Tempo Selasa, 23 Juni 2015.

Sri menuturkan, fokus yang sudah petakan untuk operasi obat dan makanan adalah Kecamatan Saptosari, Palitan, dan Nglipar yang berbatasan dengan kabupaten lain, seperti Bantul, Wonogiri, dan Klaten Jawa Tengah.

Dinas Kesehatan Gunungkidul mensinyalir telah terjadi pergeseran tren terkait beredarnya jenis makanan berbahaya dari pusat kota ke kabupaten itu beberapa waktu terakhir. “Jika dulu hanya mendapat pasokan, sekarang sudah bisa produksi dengan kandungan bahan berbahaya,” ujar dia.

Pantauan awal Dinas Kesehatan, produk makanan berbahaya itu berpotensi terdapat pada makanan seperti mie dan bakso yang mengandung formalin dan borax. Sedangkan untuk jajanan lain, seperti cendol yang mengandung pewarna.

“Untuk cendol dan bakso ini kami sinyalir sudah diproduksi sendiri, sedangkan mie masih dipasok dari luar,” ujar Sri.

Meski demikian, Dinas Kesehatan tetap akan menyisir pusat-pusat grosir makanan itu serta penjual pasar tiban dan pasar tradisional. “Kami lakukan secara acak untuk yang di wilayah pasar ini, terutama makanan kadaluwarsa,” ujarnya.

Dari jadwal pengawasan makanan BBPOM DIY selama Ramadan ini, Gunungkidul baru akan memulainya awal Juli nanti. Saat ini pemerintah daerah mematakan titik-titik baru yang mungkin bertambah untuk dirazia karena rawan peredaran makanan berbahaya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul DI Yogyakarta, Nila Batika, menuturkan selama Ramadan ini pihaknya akan menyediakan petugas laboratorium keliling mendampingi tim teknis Dinas Kesehatan dan DIY.

“Tim lab kami akan melakukan uji fisik makanan yang bisa langsung diantisipasi peredarannya saat operasi,” ujar Nila. Misalnya untuk bahan minuman dan makanan yang dapat diperiksa langsung secara fisik terkait pewarna nya yang biasa menggunakan Rhodamin B atau yellow. Sedangkan untuk bakso pengecekan bisa dilakukan lewat kekenyalannya.

“Kami minta warga bisa sadar etiket pada kemasan makanan agar tak terjadi kasus keracunan atau membahayakan kesehatan tubuh saat konsumsi jangka panjang,” ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO