Libur Lebaran Beburu Nanas 'Si Madu' di Subang  

Buah nanas. ANTARA/Ardiansyah Indra Kumala
Buah nanas. ANTARA/Ardiansyah Indra Kumala

TEMPO.CO, Jakarta--TERIK matahari tepat berada ubun-ubunnya, ketika Endah, warga Pejaten Jakarta, tengah sibuk memilah buah nanas di kios oleh-oleh "Parahyangan " milik Omasih yang terletak di sentra oleh-oleh khas Subang yang terletak di jalan raya Cikondang, Dawuan, Subang, Jawa Barat, Selasa, 13 Agustus 2013.

Perempuan berkulit putih dan semampai itu membiarkan rambutnya yang selepas bahu disengat terik matahari. Di bagian jidatnya, buliran peluh bercucuran dan hanya sekali-sekali saja diusapnya.

Mulutnya tampak komat-kamit sambil mencicipi legitnya cita rasa nanas "si madu" yang ditawarkan, Oom sapaan akrab Omasih, si empunya kios. "Saya beli empat buah," kata Endah. Transaksi buah khas Subang itu pun berlangsung, Endah menyodorkan duit Rp 80 ribu buat membayar tunai empat buah nanas si madu yang dibelinya. "Buat oleh-oleh sepulang mudik lebaran," kata perempuan kelahiran Bandung itu, sambil tersenyum.

Hendra, yang berkunjung ke kios yang sama tak mau kalah. Pria yang tinggal di daearh Kampung Melayua, Jakarta Selatan itu juga memborong 10 biji buah nanas. Tapi, bukan kualitas si madu, harganya pun agak murah, bandrolnya Rp 10 ribu per buah. Harga buah nanas termurah Rp 5 ribu per buah.

"Lumayan buat dibagi-bagi ke tetangga," ujar Hendra yang mengaku baru balik berlebaran dari kampung halamannya di Yogyakarta. Ia juga menyempatkan membeli buah tangah khas Subang lainnya:Kerupuk Melarat.

Harga kerupuk melarat dibanderol mulai dari Rp 2.500 per kantong palstik kecil, Rp 5.000 ukurang sedang dan Rp 10 ribu kantong plastik ukuran besar. "Keluarga ku banyak yang doyan," uajrnya memberikan alasan membeli kerupuk melarat made in Purwadadi, Subang, yang digongseng hanya dengan pasir laut yang halus itu.

Buat oom, masa arus mudik dan balik lebaran adalah berkah. Sebab, kios oleh-olehnya tak henti diserbu para penggemar buah dan kue kampung khas Subang. Ia mengaku, sepanjang arus mudik dan balik omzet penjualannya meningkat berlipat-lipat dibanding hari-hari biasa. Sebagai contoh, buah nanas pada hari-hari biasa dan libur akhir pekan paling laku 30 sampai 50 kilo gram. "Selama arus mudik dan balik, alhamdulillah bisa laku sampai dua kuintal lebih," Oom.

Begitu pun dengan oleh-oleh lainnya, tape gantung yang dijual Rp 7.000 per kilo gram, kue jipang dipatok Rp 15 ribu per kantong, rangginang dan opak yang dibanderol Rp 15 ribu per kantong itu, omzet penjualannya rata-rata naik 100 persen. "Tapi, khusus nanas dan kerupuk melarat, penjualannya naik sampai 300 persenan," tutur Oom. Alhasil, pendapatan Oom pun terkerek tajam. "Ya, sehari rata-rata dapat Rp 11 juta," katanya. Padahal, penghasilan hari-hari biasa dan hari libur akhir pekan antara rp 2 hinga Rp 4 juta saja.  "Masa arus mudik dan balik memang masa marema (untung besar)."

Menurut Neneng, anak perempuan Oom yang setia meladeni setiap ada pembeli, omzet penjualan oleh-oleh khas Subang di kiosnya lebaran tahun ini menurun dibanding lebaran tahun lalu. "Tingkat penurunannya mungkin bisa mencapai 20 persenan," ujar Neneng.

Lalu, Ia menyebut ada dua faktor penyebab menurunya omzet penjualan oleh-oleh kios milik orang tuanya tahun in: "Pertama,akibat liburannya panjang jadi saat mudinya nyicil. Kedua, gara-gara banyaknya mudik gratis yang disponsori partai politik," tutur Neneng dengan nada serius.

NANANG SUTISNA