Lebaran, Warga Lampung Sajikan Segubal  

TEMPO/ Nita Dian
TEMPO/ Nita Dian

TEMPO.CO, Bandar Lampung - Lebaran masih beberapa hari lagi, namun kesibukan sudah terlihat di beberapa dapur rumah panggung, Senin, 5 Agustus 2013. Seperti di rumah Maisaroh, penduduk Kelurahan Negeri Olok Gading, Kecamatan Telukbetung Barat, Bandar Lampung. Bersama sanak saudara, Maisaroh terlihat asyik memarut kelapa, mengiris rempah-rempah, hingga membuat perapian. Itulah pemandangan persiapan makanan tradisional, segubal, yang hanya disajikan kala Lebaran. "Memasak segubal sudah menjadi tradisi turun-temurun bagi kami," kata Maisaroh, 51 tahun.

Segubal terbuat dari beras ketan dan santan. Bentuknya mirip kue lepat bagi masyarakat Jawa. Meski berbahan dasar sama, rasa dan cara pembuatannya berbeda. Bahkan memerlukan waktu lama untuk memasaknya, hingga 10 jam. Waktu selama itu dibutuhkan untuk merendam, menanak, mencetak, hingga mengemas nasi ketan santan itu dengan daun pisang. Tidak berhenti sampai di situ, makanan yang sudah dibungkus harus kembali dimasak hingga empat jam untuk mendapatkan rasa legit dan gurih

Proses pembuatannya sangat rumit dan lama, sehingga sudah banyak ditinggalkan. Namun, bagi yang ingin melestarikan kuliner leluhur, mereka memilih memasak bersama-sama sehingga pekerjaan tidak terasa berat. Biasanya, gotong royong memasak segubal dilakukan sepekan sebelum Lebaran. Selain segubal, mereka juga mengolah lauk pendampingnya, sayur pedos.

Sementara bagi masyarakat yang ingin menyantap segubal dan sayur pedos tanpa susah-susah memasaknya, dapat memesan kepada Maisaroh. Bersama ibu-ibu di Negeri Olok Gading, ia menjual segubal seharga Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu. "Setiap Lebaran kami menerima pesanan paling sedikit 500 potong segubal. Untuk itu butuh 1 kuintal beras ketan," kata Aminah, seorang anggota kelompok masak Maisaroh.

Bagi masyarakat Lampung, segubal identik dengan penganan hari raya keagamaan atau pesta adat. Selain bersanding dengan sayur pedos, menyantap segubal bisa ditemani rendang atau tapai ketan hitam. Rupa sayur pedos sendiri mirip kari ayam. "Butuh ketelatenan tersendiri untuk membuat sayur pedos karena semua bumbu diiris kecil-kecil. Itu membutuhkan waktu lama," kata Maisaroh. "Rempah dalam sayur membuat rasanya pedas di lidah dan hangat di tenggorokan hingga perut."

NUROCHMAN ARRAZIE


BeritaTerhangat:
Bom Vihara Ekayana | Mudik Lebaran | Ahok vs Lulung | Capres 2014

Berita Lain:

Djoko Suyanto: Bom Vihara Rusak Kesucian Ramadan

Ini Jumlah Pemudik per H-4 Lebaran

Beragan Beri, Beraneka Manfaat

Strategi Jokowi Menekan Pendatang ke Jakarta