Ayat-ayat Suci Mengalun dalam Penjara

Editor

Nur Haryanto

TEMPO/Subekti
TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Lantunan ayat suci Al-Quran mengalun merdu dari sebuah ruang kelas di Pondok Pesantren Nurul Hidayah, Selasa lalu. Puluhan sandal jepit beraneka warna berjajar rapi di teras ruangan berukuran 4 x 5 meter yang berada di balik tembok Lembaga Pemasyarakatan Kelas II-B Kota Tegal itu.

Di ruangan bercat hijau tersebut, belasan lelaki duduk bersila. Mereka mengenakan baju koko, kain sarung, dan peci. Di tangan warga binaan LP itu, Al-Quran terbuka di halaman pertama. Dipandu seorang petugas dari Kantor Kementerian Agama Kota Tegal, mereka terlihat serius membaca surat Al-Baqarah.

Sedangkan di Musala At-Taubah—masih di lingkungan LP—puluhan pemuda duduk melingkar. Mereka menyimak materi pengajian yang disampaikan petugas dari Kantor Kementerian Agama. “Meski jauh dari orang tua, kita tetap bisa berbakti melalui doa. Pakai bahasa apa saja bisa,” demikian sebagian isi ceramah yang disampaikan petugas.

Di ruang aula LP, sekitar 20 meter di barat musala, 12 warga binaan perempuan juga terlihat belajar mengaji. Selain dipandu petugas, seorang warga binaan yang mahir membaca Al-Quran turut membimbing rekan-rekannya.

“Saya baru dua minggu di sini. Belajar ngaji juga baru di sini. Waktu kecil tidak pernah ikut ngaji,” ujar Mita, 27 tahun, salah satu warga binaan yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Sementara sebagian temannya sudah lancar membaca Iqra jilid VI, Mita masih sibuk menghafalkan huruf-huruf Arab.

Ketua Pondok Pesantren Nurul Hidayah, Gomsoni Yasin, mengatakan pondok di LP Kota Tegal itu dirintis sejak 2011 dan diresmikan pada 18 Juli 2012. Dari 174 warga binaan saat ini, 165 berstatus sebagai santri. Sembilan warga binaan lain yang beragama Nasrani mendapat bimbingan khusus dari gereja.

Gomsoni menerangkan, Pondok Pesantren Nurul Hidayah dibagi menjadi tiga kelas. Dua kelas untuk santri laki-laki dan satu kelas santri perempuan. Selain belajar mengaji, seluruh santri dibekali materi ilmu fikih, akidah dan akhlak, juga bacaan tilawah.

Kegiatan dilaksanakan setiap hari. Khusus pada bulan Ramadan, jadwal pengajian ditambah porsinya. Sementara pada hari biasa hanya dilaksanakan tiap sore, di bulan suci ini mereka bisa mengaji pada siang atau malam. “Tiap Jumat malam juga ada pembacaan Yasin,” kata Gomsoni, yang sehari-hari juga bertugas di Kantor Kementerian Agama Kota Tegal ini.

Menurut Kepala LP Kota Tegal, Subintoro, kegiatan yang digerakkan Ponpes Nurul Hidayah itu bermanfaat bagi pembentukan lingkungan LP. Dengan dibekali ilmu agama, warga binaan menjadi lebih mudah ditangani. Tentu para pembina pondok juga berharap, kelak di luar hotel prodeo pun mereka mampu menyatu bersama masyarakat sebaik-baiknya.

DINDA LEO LISTY

Topik Terhangat

Bayi Kate Middleton | Front Pembela Islam | Bisnis Yusuf Mansur | Aksi Chelsea di GBK | Daging Sapi Impor