Dosen Paramadina: Malala, You're My New Idol!  

Editor

Nur Haryanto

Malala Yousafzai memberikan pidato di depan sekjen PBB dan delegasi mancanegara lainnya di markas PBB, New York (12/7). Ia menjadi tokoh pendidikan dunia atas keberaniannya untuk menentang sistem yang tidak memperbolehkan anak perempuan untuk bersekolah.  REUTERS/Brendan McDermid
Malala Yousafzai memberikan pidato di depan sekjen PBB dan delegasi mancanegara lainnya di markas PBB, New York (12/7). Ia menjadi tokoh pendidikan dunia atas keberaniannya untuk menentang sistem yang tidak memperbolehkan anak perempuan untuk bersekolah. REUTERS/Brendan McDermid

TEMPO.CO, Jakarta - Ihsan Ali-Fauzi, Direktur Pusat Studi Agama dan Demokrasi (Pusad) Yayasan Paramadina, membincangkan sosok gadis belia di Bulan Ramadan. Tentunya bukan gadis biasa, ketika Ihsan mengingatkan kembali gadis yang menjadi korban penembakan Taliban ini. Berikut uraiannya:

Anda sempat menyaksikan pidato Malala Yousafzai di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, 12 Juli 2013 lalu? Jika belum, sempatkanlah. Saya menyaksikannya lewat YouTube, sambil siap-siap berbuka puasa, akhir pekan kemarin. Pidato itu memukau, membuat saya bangga sebagai muslim, dan inspiring.

Dari YouTube dan media lainnya, saya sudah tahu bahwa Malala adalah gadis pintar dan sering berlatih pidato. Tapi pidato di atas sangat istimewa, karena itulah untuk pertama kalinya dia berbicara sejak ditembak Taliban pada Oktober 2012. Malala hampir wafat kala itu dan jutaan orang berdoa untuk kesembuhannya.

Dia hanya bisa diselamatkan oleh tangan-tangan terampil para dokter terbaik, pencapaian mutakhir dalam ilmu kedokteran, yang juga hendak dikuasai Malala dengan terus belajar. Tapi itu pulalah yang menjadi alasan mengapa Taliban pertama-tama menembaknya. Laki-laki, dan hanya laki-laki yang memimpin Taliban khawatir perempuan yang terdidik akan menghancurkan monopoli mereka terhadap kekuasaan.

Tanggal di atas, persis hari ulang tahunnya yang ke-16, dipilih PBB sebagai “Hari Malala”, untuk mengawali kampanye global penyediaan pendidikan bagi semua anak di dunia. Sangat tepat pilihan PBB itu!

Saya terpukau melihatnya berdiri dengan percaya diri di depan forum PBB itu. Hadir di sana antara lain Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Presiden Majelis Umum PBB Vuk Jeremic, dan mantan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown yang kini menjadi Utusan Khusus PBB untuk Pendidikan Global, serta 1.000 anak muda dari seluruh dunia yang ikut serta dalam kampanye itu.

Malala mengenakan pakaian yang mencirikan tanah kelahirannya, Pakistan, atau anak-benua India secara keseluruhan. Dan, dengan kerudung longgar berwarna pink yang dililit dari kepala hingga lehernya, penampilannya segera mengingatkan kita pada almarhum Benazir Bhutto, perempuan pintar, jago pidato, dan mantan Perdana Menteri Pakistan yang wafat akibat ditembak. Semua ini seperti doa bagi masa depan Pakistan—negara Islam yang kini terus dihantui perang saudara akibat ekstremisme.

Dia membuka pidatonya dengan mengucap “Bismillah” dan “Assalamualaikum” dengan fasih, seperti diajarkan kiai saya di pesantren dulu. Dengannya, saya merasa dia sudah banyak sekali memperbaiki citra buruk Islam di televisi dunia. Dia menjadi lawan terbaik terhadap “Islamofobia” atau ketakutan kepada Islam. Saya seperti mau bilang: “Wahai para pemirsa, lihatlah, perempuan belia ini, yang juga muslimah, adalah korban paling nyata dari ekstremisme yang kalian nyatakan identik dengan Islam.”

Tapi yang membuat saya trenyuh adalah pernyataannya bahwa dia tidak akan balas dendam terhadap para penyerangnya. Bahkan jika di tangannya ada senjata dan orang yang dulu menembaknya berdiri tak berdaya di hadapannya. Buat Malala, Islam yang dia pahami tak mengajarkan hal itu: “Inilah nilai welas asih (compassion) yang saya pelajari dari Muhammad, Nabi penuh kasih, Yesus Kristus, dan Buddha. Inilah warisan perubahan yang saya warisi dari Martin Luther King, Nelson Mandela, dan Mohammad Ali Jinnah.”

Pidato Malala dilengkapi dengan kerendah-hatian yang cukup dan tak dibuat-buat. Meski diidentikkan dengan namanya, dia mengatakan: “Hari Malala bukanlah hari spesial untuk saya. Hari ini adalah hari untuk tiap ibu, tiap anak laki-laki, dan tiap anak perempuan yang berani menyampaikan suaranya.”

Terima kasih, Malala. You’re my new idol! Dalam 18 menit, kamu sudah memberi saya jauh lebih banyak dari apa yang bisa saya saksikan di televisi hari-hari ini.

ANTO


Berita Utama:
Dahlan Iskan Minta Investasi Yusuf Mansur Ditutup

Yusuf Mansur Bantah Investasi Miliaran di Mekah

Jokowi: Nama Saya Siapa? Anak Kecil: Sukowi!

Muslim Uighur Dipaksa Makan Selama Ramadan

Gerindra Siapkan Jokowi Jadi Presiden 2019