Miniatur Masjid dari 100 kg Kurma

Pedagang buah kurma memperlihatkan buah kurma ke pembeli di Pasar Tanah Abang, Jakarta (8/7).  Buah khas Timur Tengah yang ditawarkanpun bervariasi dengan harga Rp.35.000 - Rp. 300.000. Tempo/Dian Triyuli Handoko
Pedagang buah kurma memperlihatkan buah kurma ke pembeli di Pasar Tanah Abang, Jakarta (8/7). Buah khas Timur Tengah yang ditawarkanpun bervariasi dengan harga Rp.35.000 - Rp. 300.000. Tempo/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Solo--Miniatur masjid itu sekilas mirip bangunan Taj Mahal. Warnanya cokelat tua dengan hiasan kubah dengan warna cokelat yang lebih muda. Dindingnya membentuk tekstur yang tidak rata seperti terbuat dari batu alam. Ternyata, bangunan itu dibuat dari susunan buah kurma pilihan.

Replika itu ukurannya cukup besar, diletakkan di sebuah meja bundar di lobby The Sunan Hotel, Solo. Diameternya sekitar 1,8 meter. Miniatur masjid itu juga dilengkapi dengan beberapa menara yang terbuat dari bahan yang sama.

Mereka membutuhkan buah kurma hingga 100 kilogram untuk membuat bangunan tersebut. Jika dihitung per biji, tidak kurang dari 1.500 biji buah kurma dihabiskan untuk menyusunnya. Pengerjaannya membutuhkan waktu hingga 20 hari.

"Membuat replika dari buah kurma ternyata sangat sulit," kata Executive Chef The Sunan Hotel, Ahmad Supandi. Selama lima hari mereka harus memutar otak mencari cara untuk menempelkan buah kurma ke konstruksi yang terbuat dari stereofoam.

Buah kurma yang manis serta berminyak sangat susah menempel. Berbagai macam tepung dicoba untuk merekatkan, namun selalu gagal. Baru pada hari kelima, mereka menemukan formulanya.

"Buah kurma yang digunakan harus dipilih yang paling rendah kalori," kata Supandi. Mereka menjatuhkan pilihan pada Kurma Nabawi. Menurutnya, kurma jenis tersebut memiliki kalori yang lebih rendah dibanding jenis kurma yang lain.

Mereka juga harus menggunakan ramuan khusus sebagai perekatnya. "Campuran sagu China dengan air kurma menjadi formula kami," katanya. Lem buatan tersebut akan semakin rekat saat kurma semakin kering.

Supandi menjamin bahwa replika tersebut sebenarnya masih layak untuk dimakan. Hampir semua bahannya menggunakan bahan makanan. Hanya saja, konstruksi bangunan yang terbuat dari stereofoam tidak termasuk.

Juru bicara The Sunan Hitel, Retno Wulandari mengatakan bahwa miniatur masjid itu dipajang sebagai dekorasi. "Menghadirkan nuansa Ramadan di hotel ini," katanya. Dua tahun lalu, mereka juga memajang miniatur masjid yang terbuat dari coklat.

AHMAD RAFIQ


Topik Terhangat:


Ramadan
| Bursa Capres 2014| Ribut Kabut Asap| Tarif Progresif KRL| Bencana Aceh

Baca juga:
Pertama Kali, Televisi Inggris Kumandangkan Azan

Buruh Akan Terima THR Dua Minggu Sebelum Lebaran

PNS Muslim Boleh Masuk Telat, Pulang Cepat di NTT

Pantura Belum Siap Dilalui Pemudik